11. Menghamili setan.

1.9K 334 89
                                    

Adakah yang masih terjaga, Steve dan maminya anak-anak datang....
Selamat membaca 😘

***

Steve mengayunkan tinjunya tanpa ampun ke arah pria yang merupakan asisten Frederick, walau wajahnya memucat karena luka bacok di punggungnya kembali merembes warna merah. Steve mengeluh, kalau begini caranya kapan dia bisa memanjakan maminya anak-anak. Niat Steve untuk hanya menunjuk dengan jari dan membuat anak buahnya yang bekerja tidak berjalan mulus.

Frederick memang kabur, tapi asistennya justru memancing emosinya untuk bergerak sendiri menghajar wajah jeleknya itu. Steve murka ketika asisten Frederick mengatainya pecundang. Jadi tanpa banyak bicara Steve menghajar pria seumurannya itu dengan tangan kosong.

"Coba katakan sekali lagi, aku apa?"

"Kamu pecundang...! Cuih"

Bugh... bugh... Bugh!! Steve menjawab  makian itu dengan menghajar wajah asisten Frederick hingga pria itu terengah-engah. Wajahnya merah hitam sudah tak berbentuk lagi.

"Lebih pecundang mana aku dan bossmu, sialan?" Tanya Steve bernada rendah dengan senyum yang tak sampai ke matanya.

"Kau tentu saja!" Jawab pria itu kesusahan. Darah muncrat dari mulutnya saat dia berbicara.

"Setia kawan, huh?" Steve menginjak tepat di dada asisten Frederick hingga pria itu terbatuk-batuk. Ekspresi bengis di wajah Steve membuat siapapun di arena pertempuran itu memandang ngeri.

"Kalau aku pecundang, aku sudah lari tunggang langgang seperti bosmu itu yang menyelamatkan pantatnya sendiri. Meninggalkan orang-orangnya di sini untuk ku pukuli sampai tak berbentuk." Tangan Steve menarik rambut pria itu tanpa ampun. 

"Setidaknya dia menyelamatkan barang kami dari keserakahan mu!"

"Kau bilang aku serakah?" Steve tergelak tak habis pikir hingga kepalanya menggeleng-geleng, setelah melempar kepala asisten Frederick tanpa peri kemanusiaan.

"Kau pikir, bosmu membawa barang milik siapa? Dia mencuri milikku dari petugas cukai. Kau tahu ganjaran bagi petugas cukai itu?" Ungkap Steve tenang tapi mematikan. Matanya yang tajam makin kejam dengan bibir yang menyeringai.

Asisten Frederick tersebut masih menantang Steve dengan tatapannya walau keadaannya tak lagi berdaya.

"Ku remukkan dua lengannya. Bukankah itu sepadan untuk pencuri seperti dia?" Bisik Steve tepat di depan wajah asisten Frederick yang kacau.

"Untuk orang yang suka mengakui barang orang lain, apa ganjaran yang tepat menurutmu?" Steve mengusapkan tangannya yang bernoda darah ke jas si korban itu sendiri.

"Biarkan aku pergi meluruskan kesalahan ini." Tawar asisiten Frederick yang keberaniannya patut diacungi jempol.

Steve menelengkan wajahnya yang tersenyum kejam, "siapa namamu?"

"Mereka memanggilku Samson." Jawab si Samson lemah, sesekali tangannya mengusap bibirnya yang basah oleh darah.

"Baiklah Sam, aku akan melepasmu asal kau tinggalkan jaminan bahwa kau akan mengembalikan barangku."

"Apa yang kau inginkan?" Sahut Sam dengan raut kesakitan yang kentara.

"Perempuanmu!"

"Bajingan!" Maki Sam, tak mempedulikan dirinya yang tersedak liur bercampur darah di mulutnya. Giginya bahkan sudah rontok karena bogeman Steve yang tak kenal kasihan.

Sementara Steve terkekeh puas dan bringas, kentara terlalu bahagia menyiksa fisik dan mental musuhnya.

Steve tidak sedetikpun memperlihatkan kelemahannya sejak awal meski punggungnya terasa menyakitkan. Hingga akhir perseteruan dua kelompok itu, Steve harus dibopong dua orang anak buahnya karena tak lagi kuat berdiri.

Boss Gangster dan Bu Dokter IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang