6. Psikopat Ganjen

1.8K 364 127
                                    

Aku tahu kalian rindu, sama... Aku juga rindu kalian 😍😍
Apalagi aku PHP terus, janji nanti up, eh ternyata enggak 😅😅😭😭

Tapi aku benar-benar tidak tahu akan memulai dari mana.

Kadang aku merasa harus menulis cerita baru yang lebih fresh. Yang ketika nulisnya ngalir begitu aja, ga pake mikir kek Steve dan Sandra si perawan tua 😅 tapi aku juga ga mau menggantung cerita yang sudah aku mulai ini 😭😭😭

bingung ga jadi aku, bingung lah! Masak enggak! 😆😆

****

Rosy baru saja masuk ke dalam halaman rumahnya, sedikit kesusahan ketika memarkirkan mobil karena terhalang mobil lain. Sempat merasa bingung dengan jajaran mobil lain yang berjajar sepanjang jalan depan rumahnya. Di tangannya makan siang untuk Steve dia jinjing ringan. Apakah pemilik mobil-mobil itu mencari si gila Steve?

Benar saja saat memasuki teras rumah, yang pertama kali Rosy lihat adalah barisan orang yang sedang menekuk kaki ke lantai, menunduk dalam-dalam penuh ketakutan. Bahkan ada yang sampai mengeluarkan air bak bulir jagung di dahinya. Memang sih, udara sedang panas sebab matahari siang ini sungguh terik.

Heran sekali pada keadaan orang-orang ini, Rosy berjalan sedikit tergesa demi mencari tahu. Seseorang ingin mencegahnya masuk, tapi Rosy mendelik tak terima.

"Ini rumah saya." Tegas Rosy pada seorang pria yang akhirnya mengangguk lalu kembali ke posisi semula. Menekuk kaki ke lantai dan menunduk dalam. Yang lainnya tak ketinggalan melirik Rosy ingin tahu, tapi Rosy abaikan dulu. Dia melongok ke balik pintu rumahnya sendiri, kondisi yang sama dia dapati. Beberapa orang melakukan tindakan serupa dengan yang berada di teras ini. Rosy menggeleng heran, apa-apaan ini.

Rosy hendak bertanya pada salah satu dari mereka, tapi teriakan menakutkan bergema dari dalam rumahnya. Bagusnya, Rosy tahu itu perbuatan siapa. Rosy berjalan cepat melewati orang-orang yang khidmat menunduk yang berjajar dari ruang tamu hingga ke ruang keluarga rumahnya, di mana seorang yang mencolok bagai raja duduk memasang ekspresi gila.

Tatapan remeh dan senyum main-main itu bagai sembilu. Seseorang yang tengah berlutut di kakinya menunduk gemetar. Di tangan Steve, sebuah pistol entah mainan atau sungguhan digoyangkan bagaikan benda tersebut memang sungguh-sungguh mainan. Pria gila itu pandai sekali mengintimidasi ya, batin Rosy bergemuruh karena takut. Walau diam-diam Rosy juga mendengus dalam hatinya, jadi dia menolong bos gangster?

Raut Steve bagai pembunuh haus darah, tersenyum tapi tak sampai ke matanya. Seseorang yang sudah babak belur dengan wajah tak dikenali tergeletak tak berdaya di depan kakinya. Pada punggung kemejanya merembes darah yang mirip dengan punya Steve.

Apakah Steve sedang mewujudkan pembalasan nyawa dibayar nyawa, punggung dibayar punggung?

Rosy tidak tahu, apakah dia harus takut pada Steve atau bersikap biasa-biasa saja seperti sebelumnya. Wajah pria itu sudah tak lagi sepucat pertama kali Rosy menemukannya tergeletak tak berdaya di atas ranjangnya. Celana yang dikenakan Steve itu adalah milik Gerald, yang ketika Steve berganti, dibantu Garry dengan senang hati. Sementara tubuhnya yang berotot masih dibalut perban yang membebat sebagian besar badannya. Luka dan memar di wajahnya juga mulai mengering.

Beberapa yang menyadari dirinya memasuki rumah hanya berani melirik diam-diam, merasa aura Rosy sedikit berbeda dari orang kebanyakan yang pasti akan ketakutan walau hanya untuk berjalan santai saja seperti dia.

"Bangun, tunjukkan kesombonganmu seperti saat kamu menyabet punggungku." Steve menyeringai saat berucap kalimat tantangan itu.

"Ampun bos besar..." Lemah pria itu memohon, suaranya putus asa mengundang senyum puas di wajah sang raja.

Boss Gangster dan Bu Dokter IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang