7. Jangan takut, ada aku di sini

1.6K 353 139
                                    

🙈🙈🙈🙈 aku nggak tahu, bagaimana jadinya cerita ini. Kalau suka bilang suka, kalau nggak suka aku bakal unpub aja deh. Atau diemin aja sampai bab ini. Setelah bikin Cuwa yang booming, lalu Kalisha yang tanggapannya luar biasa, tiba-tiba aku bikin Steve. Kok rasanya aneh ya?

Gimana menurut kalian?


******

7. Jangan takut, ada aku di sini

"Siapa kamu?"

Rosy tak mempedulikan pertanyaan wanita hantu itu, dia terus menekuni jahitan pada pria yang dia bius ala kadarnya. Sesekali pria sekarat itu mendesah, mengeluh, atau berteriak tertahan.

Sementara si pria gila hanya terus memperhatikan Rosy dengan mengunyah makanan di mulutnya. Sinar matanya terlihat hidup berkebalikan dengan sikapnya yang jauh lebih tenang. Yang membuat Rosy tak habis pikir adalah bagaimana dia bisa makan dengan lahap padahal di depannya Rosy sedang bergulat dengan darah.

Bukannya Rosy tak takut, justru cara Steve menatap Rosy dan kegiatannya kini membuat perut Rosy mulas. Orang normal mana yang bisa bersikap biasa-biasa saja begitu, ini darah, jangan lupakan bau besi yang membuat kepala pening, seharusnya begitu kan? Kok malah Steve makan seakan dia tak terganggu dengan itu.

Ah, Rosy mendesah diam-diam, menyesali bagaimana bisa Gerry berakhir menolong seorang psikopat.

"Siapa kamu, kenapa kamu terhubung dengan pria darah biru itu?"

Pria darah biru? Apa maksud setan betina ini adalah si gila Steve? Tanpa sadar Rosy menoleh pada Steve yang masih menatapnya dengan senyum

"Hey Bu dokter, aku tahu kamu mendengarku..." Wanita yang rambutnya kumal itu berdiri beberapa langkah dari pasien Rosy. Jelas sekali bahwa makhluk itu mencari tempat terjauh dari Steve.

"Siapa kamu?" Tanya Rosy pada akhirnya. Beginilah resiko seorang indigo, tidak bisa begitu saja mengabaikan bahkan hanya untuk berpura-pura tak melihat dan mendengar.

"Tuh kan, kamu memang bisa melihatku." Sahut arwah wanita berwajah busuk itu dengan nada gembira. Sayangnya penampilan itu membuat Rosy makin bergidik takut.

"My Rosy, tidak perlu menanyakan identitasnya, dia hanya preman jalanan yang dibayar musuhku untuk menghabisi nyawaku." Steve menimpali seolah Rosy bertanya pada pria yang tengah sekarat itu.

"Siapa kamu?" Ulang Rosy lirih. Membuat kening Steve mengernyit makin dalam. Walau begitu perhatian Rosy terus pada punggung pasien yang lukanya lebih dalam dari milik Steve. Sepertinya Steve menggunakan hukum 'pembalasan lebih kejam'.

"Namaku Wanda, aku mau bantuan pria ini, tapi sepertinya sekarang tidak lagi karena ada kamu." Jawab perempuan itu, dia menatap Rosy

"Aku tidak mau membantumu." Jawab Rosy tanpa menatap wanita itu. Matanya masih fokus berkonsentrasi pada benang dan jarum bengkok. Sesekali tangannya menyeka darah yang keluar merembes dari luka bacok pria itu.

"Rosy?" Itu suara Steve yang diliputi kebingungan, tatapnya menelisik arah tatapan Rosy yang seolah sedang berbicara dengan angin.

"Aku tidak sedang bicara denganmu, Steve." Rosy menatap Steve sekilas, setelah itu matanya kembali pada pekerjaan utamanya.

Steve membelalak bingung, mata pria itu menyiratkan tanya, memangnya kamu sedang bicara dengan siapa? Begitulah yang kira-kira akan keluar dari mulut Steve. Perhatian Rosy kembali pada benang monofilamen yang dia telusupkan pada kulit pasiennya yang adalah korban kekejaman Steve.

"Kalau begitu tolong selamatkan dia saja, dan suruh dia melaporkan kejadian yang membuat aku tewas kepada polisi." Wanda menatap Rosy menuntut, seringai itu terlihat sangat menakutkan bagi manusia biasa seperti Rosy. Hingga tanpa sadar Rosy menunduk dalam, menyembunyikan ketakutannya.

Boss Gangster dan Bu Dokter IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang