"Ngapain Ganes nyuruh lo? Lagian gue juga bawa motor sendiri."
"Justru karena Ganes tahu lo bawa motor ke sini makanya dia nyuruh gue buat jemput lo."
Gista masih juga belum conect. Dia masih menatap Manggala dengan tatapan tajamnya.
"Bilangin sama dia gue bisa berangkat sendiri naik motor," suruh Gista sambil bersidekap.
Manggala berdecak pelan. "Lo yakin mau naik motor ninja ke sekolah? Lo nggak takut paha lo kemana-mana karena pake rok?"
Pertanyaan sekaligus pernyataan Manggala tersebut membuat Gista tersadar jika semalam ia ke rumah sakit mengendarai motor ninja milik Revan.
Usai dari rumah Sashi semalam dia memang langsung menyambar motor milik Revan karena malas naik mobilnya masuk bengkel. Dia memaksa pada Wina dan Revan untuk ikut menginap di rumah sakit, menjaga mamanya.
Karena Ganes menelepon mereka dan mengatakan bahwa ada sesuatu yang penting yang harus dibicarakan, yakni mengenai Sashi. Akhirnya, Revan dan Wina menyetujui permintaan Gista. Tapi, mereka tetap menyuruh pembantunya untuk ikut serta menemani Gista di rumah sakit.
"Gimana? Lo mau jadi mau naik motor sendiri?" goda Manggala dengan sebelah alisnya yang sengaja ia naikkan.
Sontak Gista langsung membuang muka.
Sial. Sebelah alis Manggala yang naik mampu membuat jantung Gista berdebar. Ternyata benar damage cowok akan bertambah ketika ia berbicara sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Oke. Gue bareng lo," putus Gista tanpa menatap Manggala.
Dia lalu menelepon pembantunya yang sedang membeli sarapan di kantin rumah sakit sekaligus membelikannya roti untuk segera kembali.
Tak lama kemudian pembantunya datang. Gista meraih tangan mamanya untuk salim. Mengecupnya lama sambil memejamkan mata. Merasakan bagaimana sesak di dadanya yang makin terasa ketika mengingat semuanya. Lalu, ia mengecup pipi mamanya dengan air mata yang menetes.
"Gista pamit sekolah dulu ya, Ma. Mama cepet sembuh. Gista sayang Mama," ujarnya kembali mencium pipi mamanya.
Melihat Gista menyeka air matanya dengan lengan baju. Manggala mendekat. Dia mengambil sapu tangan milik mamanya yang selalu ia bawa kemana-mana dan memberikannya pada Gista.
Setelah Gista menerima uluran sapu tangannya, Manggala mendekat ke sisi kanan brankar. Dia meraih tangan Wening untuk salim.
"Tante. Ini saya Manggala. Teman yang tadi Gista ceritain sama Tante," ucapnya melirik Gista yang tampak terkejut.
"Saya izin anterin anak Tante ke sekolah ya, Tan? Tante tenang aja... saya nggak bakal macem-macemin anak Tante kok."
Manggala seolah berbisik pada Wening, namun dengan suara yang sengaja ia keraskan. "Kan, tadi Gista udah bilang sama Tante kalau saya itu baikk bangeet. Juga nggak kalah tampan sama Kaivan."
Gista gelagapan di tempatnya.
Double shit! Manggala benar-benar mendengar apa yang ia bicarakan pada mamanya. Seketika Gista menyesal telah memuji-muji cowok rese itu.
Bersikap seolah tidak mendengar ucapan Manggala, Gista meraih ranselnya yang ia letakkan di atas kursi.
"Mbak, Gista berangkat dulu. Tolong jagain Mama ya. Nanti kalau ada apa-apa Mbak cepetan hubungin Om Revan atau Tante Wina ya," pesannya usai salim pada pembantuny yang sejak tadi menahan senyum melihat wajah salting Gista karena Manggala.
"Iya, siap Neng."
Baru saja Gista hendak menarik Manggala untuk keluar. Mbak Santi, asisten rumah tangga Revan itu mencegahnya.
"Eh, Neng ini roti sama susu kotaknya tadi udah Mbak beliin. Kebetulan Mbak beliinya dua. Jadi, nanti yang satu bisa dibagi buat temen Neng Gista."
"Buat Gista semua aja, Mbak. Gista laper." Gista menerima kantung kresek berwarna hitam itu lalu memasukkannya ke dalam tas.
Ketika hendak keluar, Mbak Santi kembali mencegahnya.
"Eh, Neng tunggu!"
"Semalam Neng Gista tidur di mana? Di luar ya? Kok pas Mbak bangun subuh tadi Neng Gista baru masuk?"
Gista menjawab tanpa berbalik. "Enggak, Mbak. Gista tidur di sebelah Mbak. Cuman sebelum subuh tadi Gista udah bangun terus jalan-jalan keluar karena nggak bisa tidur lagi," ucap Gista lalu mendorong pintu dan segera menarik Manggala untuk keluar dari ruangan mamanya.
-----GISTARA-----
Batas antara halu dan nyata
YOU ARE READING
GISTARA (END)
Teen FictionKejadian yang menimpa kakaknya membuat Gistara Arabhita membenci cowok. Dia menganggap semua cowok itu sama, yakni tiga B yang berarti belang, bejat, dan berbahaya. Akan tetapi, Gista yang membenci cowok terpaksa harus terus berurusan dengan Mangga...
Bab 57
Start from the beginning
