Dia mulai menyendokkan nasi yang sudah Wina siapkan ke mulutnya. Karena setelah sarapan ia dan Wina harus segera ke rumah sakit untuk menggantikan Gista dan pembantunya menjaga Wening.
Di sela-sela makannya, Ganes teringat sesuatu. Dia menatap sang papa. "Pa, soal ketua Balapati angkatan ini. Apa Papa sudah tahu siapa dia?" tanyanya.
Revan menghentikan aksinya menyuap nasi. Dia terdiam sejenak lalu menatap putranya dingin.
"Pa, dia siapa?"
"Jangan banyak tanya. Kita semua akan tahu siapa dia jika sudah waktunya nanti. Biarkan dia membuka identitasnya sendiri."
"Tapi, gimana kalau ternyata dia itu sebenernya penghianat, Pa? Atau malah... " Ganes menatap papanya. "dia yang sebenernya udah memperkosa Kanaya."
***
Di ruangan serba putih dengan aroma khas obat-obatan yang menyeruak di hidung Gista. Gadis berkuncir kuda yang sudah siap dengan seragam sekolahnya itu menyuapi mamanya yang duduk dengan tatapan kosong di atas brankar rumah sakit.
Perempuan parubaya dengan surai panjangnya yang terurai itu sama sekali tidak menanggapi ocehan Gista yang sedari tadi mencoba mengajakntmya berbicara. Dia hanya diam sambil terus mengunyah makanan rumah sakit yang Gista suapkan.
Tidak menyerah. Gista terus mencoba mengajak mamanya mengobrol. "Ma, Mama tahu nggak? Gista punya temen cowok. Dia itu nyebelin banget suka bikin Gista naik darah," oceh Gista sambil terus menyuapi Wening.
"Namanya Manggala Alsaki Kavindra."
"Bagus ya, Ma, namanya?" Seulas senyum terbit di wajah Gista.
"Dia itu pernah suka sama Kak Naya, tapi sayang cintanya bertepuk sebelah tangan. Karena kakak suka sama Kaivan. Cowok yang sebenernya juga Gista suka," curhatnya pada sang mama yang hanya bergeming.
"Manggala sama Gista itu cintanya sama-sama bertepuk sebelah tangan. Kalau Kak Naya masih ada. Mungkin kisah cinta kita kayak cinta segiempat."
Gista kini meraih gelas berisi air putih di atas meja, lalu duduk di tepi brankar dan membantu mamanya untuk minum.
"Lucu ya Ma?" tanya Gista usai meletakkan kembali gelasnya ke tempat semula.
"Eh, tapi walaupun nyebelin Manggala itu orangnya baikk bangett. Dia pernah minta maaf ke Gista gara-gara nggak sengaja bikin Gista nangis di sekolah pas Bianca ngehina Mama. Dia juga sering nolongin orang."
Gista terus berujar sambil menopang dagunya dengan tangan. Tanpa sadar ada seseorang yang sedari tadi memerhatikan interaksinya dengan sang mama sambil tersenyum.
"Assalamu'alaikum," ucap seseorang itu melangkah masuk.
Refleks Gista melompat dari brankar karena saking terkejutnya melihat siapa yang datang.
Manggala. Cowok itu melangkah masuk dengan senyum yang membuat jantung Gista dag dig dug.
Gadis itu menelan ludahnya.
Mampus! Jangan bilang Manggala denger gue muji-muji dia. Bisa makin kepedean tuh anak, batinnya menahan malu.
"Wa'alaikumussalam," jawab Gista.
"Ngapain lo ke sini?" Gista memberikan tatapan tajamnya pada Manggala. Sebenarnya hanya untuk menghilangkan rasa gugupnya.
"Mau jengukin Mama lo sekalian mau jemput lo."
Gista melotot.
"Ganes yang nyuruh gue buat jemput lo ke sini," terang Manggala cepat sebelum gista berbicara.
YOU ARE READING
GISTARA (END)
Teen FictionKejadian yang menimpa kakaknya membuat Gistara Arabhita membenci cowok. Dia menganggap semua cowok itu sama, yakni tiga B yang berarti belang, bejat, dan berbahaya. Akan tetapi, Gista yang membenci cowok terpaksa harus terus berurusan dengan Mangga...
Bab 57
Start from the beginning
