Ayahnya tersenyum gentir, ia kembali berdiri. "Tutup pintunya," perintah David kepada ibunya yang tengah mengintip.

"Sekarang waktunya kamu nerima hukuman." David mengangkat tinggi tinggi ikat pinggangnya, lalu menggayunkanya penuh tenaga mengenai Zea.

Berulang kali ia memukul Zea,dan sama sekali Zea tidak bersuara ia hanya menutup matanya yang terus menggeluarkan air mata. Berharap semuanya cepat berakhir.

***

Suara desis keluar dari mulut Zea, ia perlahan lahan masuk dalam Bathtub berisi air hangat. Rasa pedis yang luar biasa ia rasaka saat luka dibelakang nya mengenai air hangat.

Bahkan ia sampai menangis tak tahan rasa perih nya. Ia berendam lama, obat satu satunya yang paling ampuh menyembuhkan lukanya yah berendam di air hangar meski itu menyakitkan.

Hitung hitung merasakan sakit itu dari pada ditanya orang dari mana luka itu bukan.

Setelah selesai berendam Zea pun keluar, dan bersiap siap unyuk belajar malam. Ia menghabiskan waktu 10 menit hanya untuk bersiap siap, setelah selesai ia keluar dari closed dan betapa terkejutnya ketika ada beberapa orang duduk di sofa kamarnya ditemani ibunya.

"Bunda, apa ini?"

Ibunya bangkit, melangkah ke arah Zea lalu merangkul bahunya. "Ini anak saya, tolong sembuhkan bekas lukanya, dibelakang sama yang lain."

"Bunda, Mereka siapa, dan mau ngapain?" Tanya Zea bingung.

"Shutt.. ini perintah ayah, untuk mengobati luka kamh agar tidak berbekas. Kita tidak ingin malu saat bertemu rekan bisnis dan mereka lihat bekas luka kamu!"

Zea merapatkan bibirnya. Selain harus pintar, harus mulus juga. Gampang yah jadi orangtua? Pukul anaknya sampai berbekas trus tinggal panggil dokter kulit buat hilangin bekas luka, biar pas bawa Zea nggak malu maluin.

"Duduk sini cantik," ujar dokter menunjuk kursi belajar nya.

Sedangkan perawat yang menemani dokter itu tampak menyiapkan alat alat nya.

Bunda Zea mendorong bahu Zea untuk maju. Zea menghela napas, lalu duduk di kursi.

"Buka bajunya," ujar dokter itu lembut.

Zea pun membuka piyama nya, dan menunjukan punggung mulus yang dikotori luka yang ayahnya ciptakan.

"Aduhh, gimana bisa begini?" Spontan suster yang menemani dokter.

Sedangkan dokter wanita ini melotokan matanya mengintruksi agar susternya diam. Tidak tau dia siapa yang ia tanyakan.

"Tahan yah.."

▫️▫️▫️

"Sandar ajah, kenapa jadi tegang gini sih?" Arlon mendorong bahu Zea ke belakang.

Zea tertawa canggung, "Nggak, Zea mau liat jalan ajah."

Hanya sebagai alasan karena jika ia bersandar maka lukanya akan semakin sakit. Sebenarnya sudah membaik setelah direndam air hangat, tapi setelah kemarin dokter itu obat seperti bertambah sakitnya.

Sudah begitu ia berkata Bahwa pertama pertamanya ajah yang sakit kok, nanti kalau udah satu dua hari udah nggak. Mata mu

Strict Parents [HIATUS]Where stories live. Discover now