Chapter 58

4.1K 411 40
                                    

Jam menunjukkan pukul delapan malam, adzan isya terlewat sedari satu jam tadi. Di sebuah taman yang di sekelilingnya dipenuhi lalu-lalang orang-orang, tampak dua sosok yang akrab di mata, sedang duduk berbincang di bangku taman yang berada di bawah pohon besar. Itu adalah Syaqib dan Vanya, terlihat begitu serius. Entah apa yang sedang mereka obrolkan.

"Kenapa ngajak ketemuan mendadak gini, Qib? Kangen?" terdengar celetukan Vanya beriring kekehan tawa di wajahnya.

Namun bukannya menyambut dengan riang, Syaqib malah menundukkan kepalanya ke bawah, "A-Aku mau nyampein sesuatu sama kamu, Van," ucapnya dengan suara bergetar. Entah apa sebenarnya yang terjadi.

Terlihat Vanya yang memasang raut wajah kebingungan, "Iya Qib, mau ngomong apa?" tuturnya terdengar lembut.

"A-Aku mau dijodohin orang tua aku sama wanita lain," air mata Syaqib langsung membanjir hebat.

Entah kenapa Vanya tampak biasa saja menanggapinya, bahkan ia sedikit menahan tawa dengan memalingkan wajahnya ke arah samping.

"Van, aku harus gimana?! Aku gak mau pisah dari kamu, aku maunya nikah sama kamu!" Syaqib menangis mengangguk di hadapan Vanya.

Namun entah kenapa lagi-lagi Vanya memalingkan sekilas tawa tertahannya ke arah samping, "Yaudah lah Qib, mau gimana lagi. Mungkin kita emang gak jodoh," ucapnya kemudian. Terdengar begitu santai.

Bohong bahwa ia mengatakan hal itu dengan tegar, jelas terlihat jika matanya sedikit berkaca-kaca. Namun anehnya juga kenapa bercampur dengan tawa tertahan sedari tadi. Entah apa sebenarnya yang terjadi.

"S-Sayang, kok kamu ngomongnya gitu sih, harusnya kamu it....."

"Udahlah Qib, aku malas berurusan sama orang tua. Lagian aku udah ikhlas kalau kamu jadi milik orang lain. Mulai sekarang lupain aku, aku juga masih harus melanjutkan pendidikan," pungkas Vanya dengan nada arogan.

Tentu saja Syaqib membelalak mendengarnya, rasanya antara percaya dan tak percaya dengan lontaran Vanya barusan.

"S-Sayang, kamu bercanda kan? Cepat bilang sama aku kalau kamu lagi bercan....."

"Gak ada yang perlu dibercandain, gak penting banget. Jujur, lagian aku gak bisa menuhin impian kamu yang mau nikah muda, itu bukan fashion aku banget. Aku masih mau fokus ngejar karier," potong Vanya kasar.

"T-Tapi kan kemarin kamu bilang kalau kamu jug......"

"Ck, kamu lupa kalau manusia adalah makhluk yang paling cepat berubah di muka bumi ini," Sarkas Vanya datar saja.

"Udah, terima aja perjodohan itu. Jangan ganggu aku lagi, aku mau hidup tenang," sambungnya, sembari berdiri dari tempat duduknya.

"V-Van, kamu k-kok....."

"Berisik, mulai sekarang udah gak ada lagi hubungan apa-apa di antara kita,"  Sambar Vanya, dan langsung berlalu meninggalkan Syaqib.

Degg

Rasanya bumi pijakan lembek seketika bagi Syaqib. Hatinya sungguh hancur berkeping-keping.

Dalam benaknya, ada apa dengan kekasihnya itu. Selama ini yang ia tahu bahwa kekasihnya itu adalah orang yang baik dan orang yang juga sangat menginginkannya.

Sepeninggalan Vanya, air mata Syaqib berjatuhan tanpa jeda, bahkan tanpa berkata sepatah kata. Tentu saja baginya semua rasa sakit itu terlalu sulit untuk diungkapkan lewat kata-kata.

Tapi,...

Yang benar saja! Dari sebalik bunga yang menyemak, terlihat Vanya yang mengintip-ngintip ke arah Syaqib. Rupanya ia tidak langsung pulang tadi.

Saranghaeyo, Gus Tampan [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now