Bab 24

330 31 8
                                    

24. KESUNGGUHAN

MEMASUKI bulan Oktober, cuaca berubah menjadi musim penghujan. Jalanan menuju sekolah selalu tampak basah. Setiap pagi awan berselimut mendung. Penjaga sekolah terlihat di koridor tengah membuang genangan air dengan serokan air yang terbuat dari karet. Dia mengenakan jaket padded dari bahan katun velvet dan sepatu bot karet berwarna coklat tua.

Masa pertandingan bola basket antar SMA swasta, nyaris di depan mata. Persiapan diri di kelas dua belas juga harus lebih diutamakan. Tetapi keduanya begitu berharga bagi cowok yang sering mengenakan handband di pergelangan dan di kepalanya yang satu ini. Dan entah bagaimana, Bara bisa mempercayai Emilia untuk melengkapi catatannya. Bukankah seharusnya Bara lebih berhati-hati, dalam menguasai pelajaran di kelas dua belas saat ini? Dan bukankah itu terlalu berisiko untuk menyuruh seorang Emilia melakukannya? Bagaimana bisa?

Tapi begitulah keinginannya. Emilia pun belajar bersungguh-sungguh dan dengan tugas tambahan dari Bara. Tadinya Emilia berniat untuk menulis asal-asalan di buku catatan cowok itu, namun hasrat itu lenyap ketika ia melihat tulisan Bara yang begitu rapi dan cantik-pada keempat buku tulisnya, seperti sedang menatap berlian di genggaman. Catatannya nyaman untuk dibaca. Bagaimana mungkin cowok itu tidak masuk ke kelas unggul, jika catatannya saja begitu teratur dan lengkap untuk seorang cowok?

Emilia benar-benar terkesima memandangi semua catatan itu.

Perubahan Emilia juga disadari Mamanya. Suatu hari Wanita tersebut mencuri perhatian ke meja belajar putrinya saat ia menghampiri Emilia yang tengah tiduran di kamarnya hanya sekedar menanyakan kabar anaknya. Beberapa buku pelajaran dan buku tulis tampak terbentang di atas meja belajar Emilia. Beliau orang pertama yang sangat senang melihat perubahan gadis kecilnya itu.

Menurutnya, Bara sudah menjadi pahlawan bagi putrinya karena berhasil membujuk Emilia agar mau belajar. Rasa ingin tahu pun muncul dibenak wanita itu, dengan cara apa anak itu membujuk Emilia? Tapi rasa penasaran itu hanya terlintas begitu saja, karena dalam hatinya ada lebih banyak rasa terima kasih kepada Bara daripada rasa ingin tahunya.

Lalu keesokan harinya menjelang bel pulang berbunyi, Emilia ingin memberitahu Bara, bahwa di kelas cowok itu ada PR Matematika dan Fisika yang harus dikumpulkan besok pagi. Jadi, sebelum waktu bel benar-benar berbunyi, Emilia segera menghubungi Bara lewat sms. Namun seperti biasa, baru saja Emilia hendak mengetik sesuatu, Bara mengirim pesan untuknya terlebih dahulu. Tiga pesan sekaligus. Emilia tersentak, dia membuka pesan tersebut.

Gimana?

Lo nggak ada kabar

Ada PR di kelas gue?

Emilia menarik nafas setelah membaca pesan Bara.

Baru aja gue mau kasih kabar.

Ada, 2 PR sekaligus. Di kumpul besok!

Oya, nggak bisa apa, kirim pesan ke gue lewat WA aja?

Emilia tidak rela membeli pulsa untuk membalas SMS dari Bara hanya karena operator selulernya berbeda dengan cowok itu.

Tak lama kemudian, Bara membalas.

Biar gue nggak salah kirim pesan ke orang lain.

Ribet, kalau ada yang tahu gue ngehubungi lo lewat wa.

"Idih, belagu banget jadi cowok!" celetuk Emilia kesal.

Ya udah, kasih catatan gue habis kelas bubar. Gue tunggu lo di parkiran sekolah.

Begitu bel pulang berbunyi, bersamaan dengan hujan yang telah reda, Emilia menunggu semua teman kelasnya keluar duluan, seraya menghubungi Mita dan Bella supaya mereka pulang duluan. Lalu Emilia kembali menghubungi Bara setelah semua rencananya beres.

DELUVIE [Tidak Update untuk Sementara]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora