Bab 17

325 30 9
                                    

17. Jatuhnya Buku Harian Emilia

"CABUT yok, bayar!" ucap Noel kepada Bara dari tempat duduknya.

Bara pun berdiri setelah mengangguk, tapi gerak tubuhnya terhenti karena melihat Emilia di depan mejanya-di sebelah kanan. Dia kembali duduk-tidak ingin gadis itu melihatnya dan berteriak memanggil namanya di kantin ini hanya untuk membayarkan makanannya.

"Loh, kok malah duduk lagi?"

"Diem lo, ada cewek jelek itu di sana!" ujar Bara memberitahu. "Jangan lihat ke belakang!" cegahnya segera dengan tatapan tajam. "Lo duluan deh. Berabe urusannya kalau dia lihat gue di sini dan minta bayar makanannya. Terlalu riskan. Paham kan lo maksud gue?"

Noel mengangguk. "Iya gue paham. Iya deh, gue duluan." Noel pun bergerak melangkah tanpa menoleh sesuai dengan permintaan Bara.

Bara sendiri berusaha bersikap wajar agar tak ketahuan. Dia mencuri pandang-ke orang-orang yang duduk bersama Emilia. Bisa dia lihat ada Tama, Ibel, dan Luna di sana, juga ada tiga orang lagi, tapi Bara tidak dapat melihatnya. Kemudian dia kembali memandang Emilia. Gadis itu terlihat jaim saat menikmati makanannya. Canggung dan kaku. Ekspresi Emilia yang seperti itu, membuat Bara dengan mulus-kabur dari tempatnya tanpa penglihatan Emilia.

Sementara itu,

"Kita duluan ya," pamit Venny hendak berdiri, dia dan yang lain termasuk Tama yang ada di sebelah Emilia, sudah selesai dengan santapan mereka.

"Thanks ya udah ngebolehin duduk." Ujar Tama tersenyum.

Emilia hanya mengangguk tersenyum. Bella dan Mita menjawab dengan santai,

"Iya, sama-sama."

Emilia menghela nafas ketika Venny dan kawan-kawan sudah menjauh dari mejanya, beriringan dengan bel masuk berbunyi.

"Yok cabut!" seru Mita. "Udah bel."

"Ayok!" seru Emilia, meraih buku hariannya tapi Emilia melupakan smartphone-nya yang terletak begitu saja di atas meja.

Mereka langsung bergerak ke kelas masing-masing. Namun saat kaki Emilia hampir menyentuh bibir pintu kelasnya, barulah dia teringat, smartphone-nya sudah tidak ada lagi ditangannya.

Emilia mendongak. "Mampus! HP gue!" ucapnya cemas, menepuk jidatnya sendiri.

Dia langsung balik kanan. "Ya Allah, semoga masih ada disitu," desisnya seraya berlari dengan wajah panik, menerobos tikungan koridor.

BRUK!

Emilia menabrak seseorang.

"Maaf kak," gumamnya, cewek, mengenakan bando kuning lembut di kepala, terhuyung nyaris jatuh.

Sekilas Emilia mengamati, cewek tersebut tampaknya dari anak kelas sepuluh. Emilia tidak sadar, kalau buku hariannya terlepas dari genggamannya. Dia mengangguk, menerima permintaan maaf dari adik kelas itu karena tak ada waktu untuk meladeninya. Emilia melanjutkan langkahnya kembali, bergegas menuju kantin.

"Eh, buku Kakak itu," seru cewek berbando kuning sambil membungkuk, memungut-membersihkan buku itu dari debu lantai. Dia ingin memanggil Emilia, tapi sayang, kakak kelasnya itu sudah jauh.

Ketika adik kelas itu membalikkan badan-hendak pergi, Bara tiba-tiba ada di depannya dengan jarak yang cukup dekat. Bara yang muncul setelah dari toilet pun kaget.

Mereka saling bergidik.

"Eh, Kak Bara.." sahutnya malu-malu. Ternyata salah satu penggemar Bara sejak menginjakkan kakinya di SMA ini. "Oh ya Kak, kebetulan.. Kak Bara kenal Kakak itu kan?" ucapnya segera menepiskan perasaan kagumnya. Tangannya menunjuk ke seberang.

DELUVIEWhere stories live. Discover now