Bab 38

373 33 9
                                    

Hai semua!

Moon maap ya kelamaan publis chapter ini. (/□\*)

Selamat membaca!! (*'︶'*)ฅ♡
Jangan lupa vote dan komen
-------------------------------------

38. KEJUTAN


SEUMUR hidup Emilia, ini baru pertama kalinya ia merasakan perayaan seperti ini—membuat barbeque bersama teman-temannya dan teman-teman abangnya di rumah, tanpa ada keluarga lain selain Gibran, dan ide ini datang darinya.

Mereka akan membuatnya di halaman belakang rumah.

Tetapi ini bukan di dunia sihir. Untuk membuat barbeque di rumah Emilia, alat dan bahannya tidak mungkin langsung tersedia hanya dengan mengayunkan kayu rotan atau telunjuk saja, mereka harus membelinya terlebih dahulu di salah satu supermarket yang terletak di dekat perumahan Permai Indah tersebut.

Noel dan Rado dengan mudah memarkirkan motornya di samping supermarket. Sementara Gibran harus menyuruh yang lain untuk turun terlebih dahulu sebelum dia mencari tempat untuk memarkir mobilnya di basement.

Berhubung hari ini hari perayaanuntuk Emilia dan Bara, mereka tidak diperbolehkan mengeluarkan uang sepeserpun untuk perayaan ini. Ya, seharusnya orang yang meraih sesuatu harus diberi kebahagiaan sepenuhnya. Dan bersama Nindy, ia menyarankan Mita dan Bella untuk membeli makanan pendamping lainnya seperti buah-buahan; Pepaya, Nanas, Timun, Jagung, dan belimbing manis—buahnya seperti bintang, dan makanan ringan seperti potato sticks, biskuit, dan coklat. Sedangkan untuk minuman, Gibran menyarankan untuk membeli lemon tea.

Moment ini benar-benar menyenangkan.

Dan selama mereka mencari bahan masakan dan makanan, Bara menunggu waktu yang tepat untuk bertanya kembali kepada Emilia, sampai dia melihat gadis itu sendirian di depan kasir—mungkin sedang membayar sesuatu yang ingin dia beli. Tanpa ragu, Bara langsung mengejar Emilia, meninggalkan Noel bersama Rado sendirian di belakang.

Namun sebelum Bara sampai di kasir, Emilia sudah selesai membayar dan dia keluar begitu saja dari supermarket tanpa menunggu yang lain. Tentu hal ini membuat Bara senang, karena ia bisa membahas pembicaraan tadi tanpa ada yang lain di sekitar mereka.

"Hei!"

Emilia tersentak begitu melihat Bara yang tiba-tiba muncul di sebelahnya—setelah ia meletakkan belanjaannya ke dalam bagasi mobil milik Mamanya yang tadi dibawa Gibran.

Bukannya tadi dia masih di dalam? seru Emilia dalam hati.

Cowok itu memandangnya dengan hangat, tetapi juga dengan penuh tekanan. "Ayo jawab sekarang, mumpung nggak ada yang lain—kenapa masih dirahasiakan?" tanyanya.

Emilia mendengus melihat Bara yang tampak sangat penasaran, untung saja Emilia sudah menemukan jawabannya. "Karena gue nggak mau dia tahu, sampai dia datang sendiri nyatain perasaannya ke gue." jawabnya frustasi, karena itu tidak masuk akal. Mana mungkin Tama menyukainya? Batin Emilia.

Namun itu mampu membuat Bara bergeming.

Cowok itu speechless, salah satu alisnya terangkat. Bara mengerti maksud Emilia. Seperti gadis pada umumnya, mereka tidak berani untuk mengungkapkan perasaannya kepada orang yang disukainya—before they know that their crush likes them too.

Emilia mendengus seraya mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Jadi gue harap.." Sambungnya, kembali menatap Bara, memandang kedua mata cowok itu bergantian. "..lo masih mau jaga rahasia gue."

Emilia tidak tahu apa yang dipikirkan Bara saat ini. Yang jelas ia hanya ingin menundanya—atau jika perlu, selamanya Tama tidak perlu diberitahu—bahkan jika cowok itu menyukainya sekalipun. Siapa yang mau peduli dengan perasaan orang yang menyukai kita, jika kita sudah menyukai orang lain? Tidak ada, kan?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: 2 days ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DELUVIEWhere stories live. Discover now