"Khemmm!!" Asna membuat atensi seluruh sahabatnya itu teralih padanya. "Jahat banget sama yang jomblo."

        "Siapa jomblo?" Tanya Riko mengerjap matanya.

        "Readers kah yang jomblo?" Tanya Riko lebih tak waras.

        "Lo bahkan udah nikah sama Sion dua bulan yang lalu Mak Lampir!" Seru Jenny pada Asna, sedang Asna hanya cengengesan.

        "Proyek baby udah jadi?" Goda Kevin pada Sion yang baru datang dan berdiri di samping Asna.

        "Lagi di usahain." Jawab Sion datar membuat mereka semua tertawa kecil sembari mengangguk mengerti.

        "Yang kembar!!" Seru Jenny dan Riko seenak jidatnya.

        "Lo pikir gampang?!" Sewot Asna ingin mencakar-cakar wajah Jenny dan Riko.

        "Lah, apanya yang susah, gampang kan? Tinggal..."

        "Hay you! Look at this!" Pekik seorang photographer wedding memotong perkataan Riko, hal itu membuat mereka semua kompak menoleh.

Cekrek

        Dengan raut wajah mereka yang aneh-aneh foto itu didapat, membuat photographer itu terkekeh geli melihat hasilnya.

        "Sialan!" Dengus Jenny dan Asna kompak. Sedangkan yang lain malah terkekeh kecil.

        "Again!!" Pinta Asna dan Jenny. Mereka semua saling memeluk pasangan masing-masing dari samping dan menghadap kamera, dengan berbagai macam ekspresi dan gaya.

Cekrek

        Sempurna, foto itu akan menjadi kenangan sepanjang masa.

*****

         Asya sangat cantik sekali, gadis berkulit seputih salju itu tampak manis karena dibaluti gaun putih panjang. Sementara Alfa yang mengenakan jas putih bersih itu tampak sangat tampan dan berkarisma.

        Kapal mereka berlayar di tengah samudra sore ini. Tangan mereka saling bertautan, mata mereka memandang ke arah langit yang berwarna jingga bercampur pink.

         "Are you happy?" Tanya Alfa namun terus memandang langit.

        Asya mengangguk kecil. "Hari ini aku sangat bahagia."

        "Karena?" Tanya Alfa.

        "Kamu," jawab Asya membuat Alfa tersenyum.

        "Kepala kamu masih sakit?" Tanya Alfa melihat Asya sepenuhnya.

        "Sedikit," cicit Asya takut-takut.

        Alfa merapikan rambut Asya perlahan. Kemudian ia memeluk tubuh Asya lembut. "Kemoterapi itu penting, Sya." Bisik Alfa.

        "Jangan buat aku gagal dan ingkar janji sama Papa kamu, kamu harus sembuh total." Tambah Alfa lagi.

        "Iya," balas Asya pelan, ia membalas pelukan Alfa.

        "Tadi jantung aku rasanya mau copot waktu ucap janji sakral itu." Bisik Alfa membuat Asya tersenyum.

        "Sekarang udah copot?" Tanya Asya terkekeh.

        "Sekarang malah gak bisa diem, kenceng banget berdetaknya." Alfa menghela napas pasrah, ia mengelus-elus rambut Asya lembut.

        "impian aku terwujud dalam waktu bersamaan." Kata Asya membuat kening Alfa berkerut samar.

        "Yang pertama, jadi istri kamu. Kedua, naik kapal pribadi kamu. Dan ketiga, dicium oleh kamu." Ujar Asya.

        "Waktu itu aku pernah minta kamu cium bibir aku kan? Tapi kamu gak mau." Kekeh Asya.

        "Dan tadi itu terasa kurang buat aku," Asya membalas tatapan Alfa dengan berani. "Aku pengen le..."

        Alfa menarik pinggang Asya cepat dan memegang tengkuk leher gadis itu. Ia mencium bibir Asya sangat napsu. Bahkan kepalanya ia miringkan untuk lebih bertemu dengan Asya. Asya terkejut, gadis itu memejamkan matanya menikmati sensasi itu, ia membalas ciuman Alfa.

        Jantung keduanya berpacu begitu cepat. Napas mereka berdua memburu setelah melepas ciuman itu bersamaan. Alfa memandang Asya seperti rasanya ia sangat gila, yah ia gila pada gadis cantik di hadapannya ini.

        Sekali lagi, Alfa mencium bibir ranum itu. Kali ini begitu lembut, mata mereka berdua terpejam, sama-sama saling membalas dan mempertemukan cinta.

        Alfa mengecup bibir lo cepat kemudian beralih pada kening Asya dengan lembut. Alfa memeluk tubuh Asya tak mau kehilangan.

         "I love you more, Sya." Bisik Alfa untuk pertama kalinya membuat bulu kuduk Asya meremang hebat.

        "Terus di sisi gue sampai tua, Sya. Lo bisa janji kan?"

        Asya tersenyum dan mengangguk kecil. "Janji."

        Jangan inkar janji, Sya.

•••••

Woi! Aku nangis nulis naskah epilog. Jujur, aku belum siap pisah dari anak pertama aku ini.

Aku akhiri perjalanan Simbiosis sampai di sini. Sampai bertemu di cerita aku selanjutnya!

Ada harapan buat cerita Simbiosis? Ada pesan buat aku sebagai penulis?

Thank you sudah temenin si Hijau sampai epilog, ketemu aku lagi ya di cerita aku selanjutnya :)

Follow Ig aku @lusyynaa_

SimbiosisWhere stories live. Discover now