25 - Forced To Do It

245 242 189
                                    

25 – Forced To Do It

        Langkah Asya terhenti begitu saja karena seseorang berdiri di hadapannya. Laki-laki bertopi hitam dan jaket hitam itu sedang melihatnya begitu intens.

        "Maaf," ucap cowok itu sangat gamblang.

        "Kata itu terasa basi di telinga aku, kak." Balas Asya datar ingin melewati Alfa namun dengan cepat di tahan oleh laki-laki itu.

        "Lo marah?" Tanya Alfa.

        Asya menahan setengah mati rasa sesak di dadanya.

        Siapa yang tidak marah jika di bohongi?

        Sedang tadi malam hujan. Bahkan Asya semalam harus minum obat untuk menghilangkan rasa sakit kepalanya akibat kehujanan.

        Asya menyentak tangan Alfa lalu berlari kecil menjauhi cowok itu. Hatinya kembali sesak. Rencananya tadi ingin berganti seragam basket, terpaksa terurungkan.

        Alfa tak tinggal diam, laki-laki itu mengejar kepergian Asya.

        "Ada urusan mendadak tadi malam, gue lupa kasi tahu lo." Ujar Alfa mendekati Asya di rooftop.

        Asya menghembuskan napasnya berat. Gadis itu melihat ke arah lain, berusaha tidak melihat Alfa. Hatinya masih sakit karena laki-laki tampan bertopi hitam itu.

        "Maaf Sasya," sesal Alfa sungguh.

        "Gampang kamu ucap kata maaf kak! Aku nunggu kamu hampir lima jam kaya orang gila tau ga?!" Teriak Asya terlepas karena tak sanggup menahannya sejak tadi malam.

        Alfa hanya terdiam kaku di belakang gadis itu. Ia tidak tahu harus bagaimana.

        "Tadi malam hujan, kak. Semesta kaya ngeledek aku tadi malam. Bahkan sampai pagi ini, cuaca sangat mendung." Ujar Asya menahan air matanya yang ingin menetes.

        Entah kenapa, hatinya begitu sesak ––seperti diremas sangat kuat.

        "Seandainya kamu di posisi aku, aku biarin kamu nunggu lima jam, apa kamu sanggup?" Tanya Asya sambil terkekeh sinis.

        "Tiga puluh menit pun aku yakin kamu udah marah besar."

        "Kamu sadar gak kalau kamu itu egois?"

        Alfa ingin menyahut, namun tertahan karena Asya kembali melontarkan unek-uneknya.

        "Kamu pembohong!"

        "Seharusnya, aku gak kenal kamu."

        "Seharusnya, aku gak jatuh cinta sama kamu, Afa."

        "Tahu? Aku menyesal karena selalu kasi kamu kesempatan."

        "Nyatanya kamu gak bisa berubah!"

        Saat itu juga, bendungan air mata gadis itu tumpah. Mengalir dan menetes namun tidak ada terdengar isak tangisnya.

        "Aku tahu, kamu tadi malam makan sama Asna di restoran."

        Deg.

        Detak jantung Alfa seakan mendadak berhenti berdetak. Asya tahu darimana?

        Bibir Alfa terasa keluh untuk memberikan pembelaan. Ia sudah ketahuan berbohong. Laki-laki itu hendak menjangkau lengan Asya namun gadis itu bergeser lebih jauh.

SimbiosisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang