17 - Sensibility

357 342 218
                                    

17 – Sensibility

        Akhir-akhir ini kondisi Asya terlihat memburuk. Gadis itu semakin sering pingsan dan pergi ke UKS untuk menghilangkan rasa sakit kepalanya.

        Berkali-kali juga Alfa melihat Asya pergi ke perpustakaan dan belajar di sana. Gadis itu juga sudah tidak pernah lagi melirik Alfa secara terang-terangan. Ia juga berusaha keras agar tidak berjumpa Alfa di sekolah.

        Setiap berangkat dan pulang sekolah Asya selalu bersama Ken. Sementara Dara beberapa minggu ini semakin dekat dengan Kevin.

        Semakin banyak perubahan pada gadis cantik blasteran Prancis itu. Ia hanya mau tersenyum kepada Dara dan Ken di sekolah, selain itu tidak ada seorangpun yang bisa melihatnya tersenyum apalagi tertawa.

        Asya berubah sejak malam itu. Malam dimana Alfa mengatakan bahwa laki-laki itu benci padanya. Malam dimana Alfa mengatakan bahwa Asya penuh kekurangan.

        Dan Alfa mengatakan bahwa ia akan bertunangan dengan Asna secepatnya.

        Asya hancur? Jangan ditanya, gadis itu menangis semalaman dan demam.

        Saat ini jam istirahat kedua, Asya sendirian di kelas untuk belajar. Dia juga sekarang sering bawa bekal agar tidak perlu ke kantin, lebih tepatnya agar tidak bertemu Alfa.

        "Nih, di minum." Suruh Dara meletakkan sebotol air mineral di depan Asya.

        "Apa tujuan lo belajar sekeras ini? Papa lo masih terus-terusan paksa lo sempurna?" Tanya Dara duduk di sisi Asya dan menyilangkan tangannya di depan dada.

        Asya meneguk air itu hingga setengah. "Gue mau buat papa bahagia, Dar." Lirih Asya.

        "Tapi gak sampai buat lo drop gini Sya! Lo juga harus perhatiin kesehatan lo yang semakin hari semakin menurun. Jangan buat gue gagal menjadi sahabat lo." Sergah Dara ingin marah.

        "Gue beberapa minggu ini belajar sama Ken." Ucap Asya sembari melihat layar lebtop-nya.

        "Gue tahu, nilai lo juga semakin bagus." Balas Dara menghembuskan napasnya panjang. Bukan karena dia tidak suka Asya yang pintar, hanya saja ia tidak mau Asya sakit.

        "Sya, lo baik-baik aja kan?" Cemas Dara saat melihat Asya memegang kepalanya dan menunduk seperti menahan rasa sakit.

        "I'm fine, don't worry." Gumam Asya.

        "Pulang nanti jangan dulu belajar sama Ken, lo harus ke rumah sakit. Check out kesehatan lo, nurut sama gue!" Perintah Dara tegas.

        Asya tertawa kecil. "Lo berlebihan Dar, gue sehat."

        Dara mengendus pasrah. "Jangan sakit ya? Gue gak punya lagi temen sebaik lo, Asya."

        "Iya Dara," balas Asya tersenyum.

        Lama mereka berdua terdiam, sibuk dengan pemikiran masing-masing. Dara memperhatikan Asya yang melamun melihat ke samping jendela yang memperlihatkan suasana ibu kota dari lantai 3 SMA Kalingga.

        Dara menghembuskan napasnya panjang, lalu memberanikan dirinya untuk bertanya. "Lo udah lupa sama kak Alfa?"

        "Bagaimana bisa gue lupa kak Alfa, Dar? Setiap malam gue selalu lihat foto dia, gue selalu perhatiin dia dari jauh sekalipun buat gue terluka karena dia selalu gandengan dengan Asna."

        Dara dapat melihat raut putus asa dari wajah Asya. Dara dapat merasakan hal itu, Asya berusaha menutup rasa sakitnya sendiri.

        "Sejak kak Alfa balas tatapan gue lebih dari lima detik, gue langsung jatuh cinta sama dia. Gue sakit hati sama perkataannya, gue pengen marah tapi gak bisa, gue harus apa Dar?"

SimbiosisTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon