Zea menyipitkan matanya, "Alvarez?" Zea langsung melarikan diri keluar dari kerumunan.

Bertepatan Zea keluar orang orang itu di pukul habis habisan oleh Alvarez, sepertinya imbang orang orang itu juga sempat memukul Alvarez sampai wajahnya banyak lebam.

Ingin ia menolong namun sadar, ia akan langsung dibawa ke rumah sakit jika ikut nimbrung, dilihat dari cara berkelahi mereka membuat tulang tulangnya nyeri

Zea mengetuk ngetuk dagunya sembari berpikir sembari menatap sekelilingnya, bagaimana Alvarez bisa menang? Seperti lampu muncul di kepalanya ia mendapatkan ide, "Semangat Alvarez!!"

"Cewe Lo imu--"

Bugh!

Cukup ia berbangsa diri, hanya karena satu teriakannya Alvarez berhasil mengalahkan mereka, membuat tumbang lawan terakhirnya.

Alvarez berjalan ke arah Zea, ia menarik pergelangan tangan Zea seperti anak kecil, menggendong nya ke atas motor, kemudian ia ikut naik dan melajukan motornya dengan kencang.

"Kenapa gak lari, ha?! Kalau mereka nyerang Lo gimana?!" Tanya Alvarez sembari fokus membawa motor.

"Biasa aj--"

"Emang nggak ada tumpangan apa? Lo pergi belajar bukan pergi main! Kasih tau bokap Lo."

"Mana--"

"Kenapa jalan sendiri, Lo tau jalan dari rumah lo ke sekolah lumayan jauh, kenapa juga harus lewat jalan ini?! Bisa lewat jalan pintas Zea!" Cercos Alvarez.

"Ada ma--"

"Lain kali kau nggak dapat tumpangan telpon gue biar gue jemput. Di jalan sepagi ini buat cewe nggak baik!"

"Udah sampe," ujar Zea malas, bukan apa apa tapi karena tak bisa menjawab saat Alvarez bertanya malah terus di potong.

Alvarez mengrem motornya mendadak membuat Zea menubruk belakang Alvarez.

"Turun!"

Zea turun dan tanpa menoleh ke Alvarez ia berjalan menuju gerbang sekolah. Bukan ingin meninggalkan Alvarez tapi lebih baik ia pergi dahulu untuk mencari kotak p3k, lagipula ia juga tidak ingin mendengar ocehan Manusia batu alay itu.

Alvarez hanya bisa menghembuskan nafasnya berat. Lalu memakirkan motornya dan mengikuti langkah Zea untuk masuk ke sekolah.

Sesampainya di sana ternyata gerbang sekolah masih terkunci. Hari ini ia memecahkan rekor datang sepagi ini bahkan lebih dahulu penjaga sekolah.

Ia menatap Zea yang tengah menyengir kuda sembari memegang tengkuknya.

"Ikut gua." Ia melangkah ke belakang sekolah.

"Bukan nggak boleh yah? Kamu kan yang punya sekolah nggak ada kunci gerbang gitu?" Zea mengekori Alvarez dari belakang sembari mengoceh.

"Gue anak pemilik sekolah bukan anak SMA tunggal kayaa raya," jawab Alvarez.

Zea menyeringit, "Bukannya situ emang anak tunggal kaya raya?" Ia berhenti di tempat sembari berpikir. Sedetik kemudian Alea melangkah mengejar langkah Alvarez, jangan sampai ia tersesat.

Strict Parents [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang