🌙ㅣ38. Dia, Rembulan Zanava

121K 13.5K 818
                                    

''Keberanian itu dicari, bukan dinanti''

''Keberanian itu dicari, bukan dinanti''

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brak!!

Meja paling depan di kelas 12 IPA 2 ditendang kencang oleh Alvaro atas lampiasan emosinya. Lelaki itu menatap tajam seisi kelas yang tadinya ribut hendak pulang, namun sekarang suasana menjadi hening. Alvaro tidak peduli yang ia datangi ini kelas dari kakak kelasnya, ia benar-benar tidak mau peduli sekalipun ini kelas dari Alzero.

"Mana Bulan?!" Alvaro menggebrak meja yang ditempati oleh Syaila, membuat gadis itu terkejut bukan main.

"Tuli? Bisu? Buta?" Alvaro menatap tajam ke arah Syaila. Pertanyaan yang biasa dilayangkan Syaila pada korban bully kini malah berbalik padanya dari mulut Alvaro. "Mana Bulan!"

"A-apa?"

"GUE NANYA, BULAN DI MANA!" Alvaro berteriak, kehilangan kesabaran membuat Syaila semakin gemetar dibuatnya.

"Varo." Alzero menahan, menarik lengan Alvaro untuk mundur dan ia melangkah maju pada Syaila. "Ala, di mana--" namun belum sempat Alzero bertanya, Syaila sudah memeluknya dan menangis.

"Kenapa harus gue? Kenapa kalian nanyain dia ke gue!" isak Syaila dan semakin mengeratkan pelukannya pada Alzero. "Kenapa setiap ada hal buruk sama dia, pasti yue yang jadi tuduhan kalian!"

"Ya, lo sih tersangka utama." Alvano menjawabnya santai, menatap Syaila dari bawah hingga atas kemudian menggeleng-gelengkan kepala. "Lo ini tukang bully tapi nangis."

"Herooo!" Syaila merengek saat Alzero melepaskan pelukannya dengan paksa, ia mengusap air matanya sejenak. Syaila menatap Alzero lekat sementara Alzero menghela napas.

"La, di mana Bulan? Gue dari tadi nyari dia. Kayaknya ada sesuatu yang terjadi di gudang, iya 'kan? Lo terlibat?" tanya Alzero membuat Syaila mematung.

Kedua tangan Syaila mengepal, semakin kesal dengan ucapan Alzero. "Kenapa, sih?! Emangnya dia siapa kalian sampai kalian harus serepot ini? Dia ilang ya mungkin dia mau pergi! Gak mau jadi lacur--" Syaila meneguk ludahnya susah payah saat ia tak sengaja mengucapkan kata itu.

"Apa?" Alzero mengernyit. "Maksud lo apa ngatain dia kayak gitu?!"

Syaila menggeleng. "Dia 'kan emang lacur!"

"Jangan sembarangan." Alzero menekankan katanya, mencengkeram kedua pundak Syaila dengan kencang. "Jangan sekali-kali lo bilang begitu."

"Tapi kan emang bener!" Syaila berteriak marah, geram sekali karena Alzero terus saja membela gadis culun dibandingkan mendengarkannya. "Semalam gue lihat kalian sama dia! Ngaku aja Hero, dia itu jalang lo! Jalang kalian!" teriak Syaila dengan telunjuk mengarah pada Alzero dan dua adiknya. Tentu saja itu membuat keadaan jadi ramai. Banyak yang berbisik untuk mengomentari dan bertanya-tanya.

4 Brother'z | Open POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang