🌙ㅣ36. Katanya, Benih Cinta?

122K 13.3K 531
                                    

''Apapun yang disembunyikan, perlahan akan mencuat keluar''

"Damai, Var?" Agraska mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Alvaro

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Damai, Var?" Agraska mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Alvaro. Dalam posisi duduknya, ia berdiri terlebih dahulu agar salaman yang terjalin terasa lebih sopan.

Agraska dan Alvaro sudah berbincang sejak tadi. Keduanya duduk di bangku taman halaman kediaman Zanava sementara anggota Axares duduk di motor mereka masing-masing agar tidak mengganggu ketua mereka.

Sejak perbincangan ini terjadi, Alvaro tidak banyak menanggapi Agraska. Lelaki itu hanya berdeham singkat, mengangguk, atau menggeleng. Selebihnya hanya Agraska yang mengeluarkan kata.

"Var, lo gak maafin gue juga gue ngerti." Tangan Agraska yang mengajak agar berjabat tangan dengan Alvaro masih dianggurkan. Membuat Agraska berniat menarik tangannya kembali ke sisi tubuh. Ia sudah tahu, Alvaro tidak akan memaafkannya semudah ini. Agraska sudah mengganggunya sejak lama tanpa alasan jelas. Sekarang, mungkin waktunya Agraska untuk terus merenung dalam kesalahan dan penyesalan. Selain ia sudah merugikan orang lain, ia juga sudah tertipu kakaknya sendiri.

Tangan Alvaro bergerak cepat menarik tangan Agraska, berjabatan kemudian kembali melepasnya. Tanpa kata apa-apa, Alvaro hanya berdeham.

Agraska sendiri mengerjap. "Lo maafin gue, nih? Beneran, Var?"

"Terus? Mau gue suruh sujud dulu?" Alvaro menukik alis.

Kepala Agraska sontak menggeleng, jelas sekali tidak mau. Terakhir kali ia bersujud di hadapan Anggara dan keningnya langsung terluka. "Hahaha, thank you, bro! Lo kalau mau gabung ke Axares, pintunya terbuka lebar."

Alvaro mendengkus, mengalihkan pandangan karena tidak tertarik dengan tawaran itu. Ia kapok dengan yang namanya geng motor. Bertepatan dengan itu, ia melihat Rembulan membantu seorang pelayan membagikan minuman pada anggota Axares yang betah duduk di motor. Mata Alvaro menyipit seketika, apalagi saat banyak senyuman dan pandangan tertuju pada Rembulan.

"Bulan!" Alvaro memanggil, membuat semua yang ada di sana tersentak.

"Iya, Kak?" Rembulan menyahut saat ia telah memberikan satu gelas pada lelaki di hadapannya.

"Ke sini." Alvaro mengintruksi, membuat Rembulan tak bisa menolak.

Rembulan membiarkan nampannya diambil alih oleh anggota Axares lalu ia segera menghampiri Alvaro.

Alvaro menggeser tubuhnya dari kursi, menepuk ruang kecil yang tercipta agar Rembulan bisa duduk di sana. Sebenarnya, itu hanya kursi untuk satu orang, Rembulan tidak mungkin duduk berdempetan dengan Alvaro, tapi Alvaro sama sekali tidak bisa dibantah.

4 Brother'z | Open POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang