🌙ㅣ23. Dia Adalah Penyebabnya

114K 13K 222
                                    

''Jika sudah dianggap buruk oleh orang, maka kebaikan yang dilakukan pun akan berkesan buruk di matanya''

''Jika sudah dianggap buruk oleh orang, maka kebaikan yang dilakukan pun akan berkesan buruk di matanya''

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Alvaro!!"

Alvaro baru saja menerima helm yang Rembulan julurkan padanya saat suara Anggara mengudara, terdengar tak sabar dan penuh amarah. Ia tentu saja kebingungan, baru saja datang dan Anggara menyambutnya di depan rumah seperti ini.

Alvaro menduga akan terjadi masalah, dan ia sungguh malas untuk menanggapinya. Ia berusaha abai, hendak masuk ke dalam rumah dan melewati Anggara begitu saja, namun tak bisa. Lengannya dicekal oleh papanya itu.

"Apa yang kamu lakuin ke Bulan?" Anggara berkata pelan, namun tatapannya menyiratkan akan amarah besar. "Dari mana kamu? Baru pulang jam sembilan malam kayak gini!!"

Kening Alvaro berkerut, ia tak sadar jika ini sudah jam sembilan. Di bukit tadi, ia tertidur pulas dan tak memeriksa jam begitu terbangun. Hanya menemukan gadis yang masih memangku kepala Alvaro, menatap dalam diam ke depan. Itu artinya, berjam-jam lamanya Rembulan menemani Alvaro tanpa melakukan apapun. Bahkan tak membangunkannya.

Alvaro menarik napasnya dalam-dalam, tak mau mengeluarkan emosi. "Cuman jalan-jalan," jawab Alvaro seenaknya.

Mendengar jawaban itu, jelas Anggara semakin tersulut. Tangannya tanpa segan menampar pipi Alvaro dengan kencang. "Cuman jalan-jalan?" tanyanya penuh penekanan. "Sampai jam sembilan malam tanpa ada kabar apa-apa kamu bilang cuman? Lihat papa! Jawab jujur, Alvaro! Kamu apain Rembulan?! Kamu apain dia, hah?!"

"Mas!" Laila keluar terkejut melihat Anggara menampar Alvaro, segera ia berlari, menarik Anggara. "Tanyain Bulan, Mas. Jangan nuduh Alvaro, mana mungkin dia apa-apain Bulan."

Anggara terdiam, menatap Alvaro tajam kemudian beralih pada Rembulan yang berdiri tepat di belakang Alvaro, tampak ketakutan. "Bulan pasti bakalan diem, dia dipaksa diem sama Alvaro."

"Paa!" Alderion ikut menyusul, bersama Alzero dan Alvano. "Bener kata Mama, jangan ngambil keputusan sendiri, Pa. Kita gak tahu apa yang terjadi 'kan? Tanya Bulan dulu."

"Bulan ke mana aja tadi?" Alzero bertanya. Ia dan Alvano segera meraih kedua lengan Rembulan, menjaga jarak gadis itu dengan Alvaro. "Bulan gak papa 'kan?"

Rembulan langsung menggeleng cepat. Ia tidak menebak jika Anggara akan langsung menyambut mereka seperti ini tadi, dan memberikan Alvaro beberapa tuduhan yang jelas sekali tak mendasar.

Perlahan Rembulan melangkah, sekadar mendekat agar Anggara melihatnya. "Pa ... kami cuman jalan-jalan. Kak Varo gak apa-apain Bulan. Buktinya, Bulan baik-baik aja."

4 Brother'z | Open POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang