🌙ㅣ27. Ini Akan Semakin Rumit

109K 12.2K 274
                                    

''Sifat egois itu dibutuhkan, hanya saja harus pada waktu yang tepat''

Benar apa yang telah Rembulan katakan, Alderion dan Alvaro memerlukan waktu mereka, hingga di hari ke lima mereka tak pulang seperti yang seharusnya, kini keduanya muncul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Benar apa yang telah Rembulan katakan, Alderion dan Alvaro memerlukan waktu mereka, hingga di hari ke lima mereka tak pulang seperti yang seharusnya, kini keduanya muncul. Sore hari, pukul 16.00 mereka berdua datang dan kebetulannya, Anggara sedang berada di rumah karena ini hari libur.

Anggara, Laila, dan tiga anaknya yang lain sedang berkumpul di meja makan. Membahas beberapa hal di sekolah, ketika suara Alderion yang lembut menguar.

Anggara yang pertama kali tersadar sontak berdiri dari tempatnya. Bukannya menyambut, tetapi segera melayangkan sebuah tamparan keras pada Alderion, melunturkan senyuman hangat dari wajah anak sulungnya.

"Puas?!" suara Anggara meninggi, emosinya jelas sekali meluap. "Puas tinggal gak jelas di luar?! Bikin cemas yang ada di rumah?! Alderion kamu itu kenapa?! Bukannya buru-buru laporin ke papa di mana Alvaro, malah ikut-ikutan hilang! Mau jadi apa kalian berdua ini?! Hidup gelandangan di luar?! Kayak gak punya orang tua, begitu?!"

"Mas." Laila menarik lengan Anggara, memperingatkan. "Alderion pulang, Alvaro pulang. Mereka berdua ke sini, jangan mulai lagi."

Anggara menepis genggaman Laila padanya. "Diam, Laila. Ini urusan anak mas, kamu jangan terlalu terlibat."

Mendengarnya, Laila tak berkutik. Langkah kakinya mundur perlahan-lahan hingga berdiri di samping Rembulan membuat gadis itu segera menggenggam lengannya erat, tentu gemetar ketakutan melihat Laila diperlakukan seperti itu di hadapan anak-anaknya.

Sementara Anggara, masih dalam balutan emosi. Menatap nyalang pada Alderion, termasuk pada Alvaro. "Kenapa gak sekalian aja pergi?! Gak perlu lagi tinggal di sini! Anak-anak yang gak ngehargain orang tua itu bisanya kayak gini! Ngerepotin orang-orang!"

"Pa?" Alderion sedari tadi masih bersabar, ia enggan melawan Anggara yang merupakan papanya, lebih tua dibanding dirinya. Tapi Alderion tidak bisa diam saja saat hantaman keras itu ia dapatkan ke dalam hatinya. "Kami pulang. Kami butuh waktu, Pa. Memangnya siapa yang gak peduli di sini? Rion sama Varo yang ninggalin rumah, atau Papa yang gak pernah baca atau angkat telepon Rion selama ini, Pa?"

"Apa?" Anggara mengernyit. "Telepon dari mana? Papa sama sekali--"

"Ada, Pa. Ada. Kemarin Rion coba telepon Papa buat ngabarin, bahkan dari empat hari lalu, Rion hubungin Papa karena Rion rasa Papa perlu tahu kami di mana. Rion gak hubungin adik-adik Rion biar Papa yang pertama tahu, biar Papa gak marah karena Papa gak tahu."

Anggara mendengkus. "Kalau benar, Papa sudah lama mengangkat teleponnya. Jangan berani-berani berbohong, Alderion."

"Rion gak bohong, Rion--"

"Kamu bohong demi adik kamu. Kamu cuman mau lindungin Alvaro--"

"Nggak, Pa!"

"Iya, Rion, iya!"

4 Brother'z | Open POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang