🌙ㅣ25. Perasaan yang Bimbang

115K 12.5K 191
                                    

''Masalah akan tetap menunggu selama belum diselesaikan''

''Masalah akan tetap menunggu selama belum diselesaikan''

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bunda? Bunda masih di sini 'kan?"

Laila tersenyum, kepalanya mengangguk-ngangguk agar Alvano bisa tenang dan tertidur setelah mengonsumsi obat yang diberikan dokter. Laila tidak masalah sama sekali dengan Alvano yang tak mengingatnya, bahkan mungkin menganggap jika Laila bukanlah Laila, melainkan ibu kandungnya yang dulu.

Sayangnya, tidak dengan Rembulan yang kembali merasakan sakit di dalam hatinya. Lima belas menit lalu ia membantu Laila membuat bubur, menyiapkan obat untuk Alvano dan menyuapi lelaki yang masih lemas di tempat tidur itu. Sampai sekarang, Rembulan masih mendengar dengan jelas dan perasaannya mengganjal sekali karena Alvano tak memanggil Laila dengan panggilan 'Mama'.

Rembulan tak tahu bagaimana keadaan Laila saat ini. Apakah arti senyumannya itu hanya senyuman maklum, atau justru senyuman menahan sakit hati? Mendadak Rembulan jadi ingat kejadiannya di sekolah tadi, di mana Alvaro mengatakan mereka berdua hanyalah pengganti, dan Alzero yang tak memanggil nama Rembulan, tetapi nama Aurora.

"Bulan?" Laila mengusap perlahan pundak anak gadisnya yang sedari tadi melamun. "Ayo keluar, Vano harus tidur dulu."

Rembulan membenarkan letak kacamatanya sejenak, mengambil alih nampan dari tangan Laila kemudian keduanya keluar dari kamar Alvano. Mereka sama-sama diam hingga tiba di dapur dan Rembulan menaruh barang yang ia bawa di wastafel.

"Ma ... Mama tahu nggak siapa Aurora?" suara yang Rembulan keluarkan itu pelan, takut jika ada yang mendengarnya selain mereka. "Terus, kenapa Mama dipanggil Bunda sama bang Vano? Mama gak papa?"

Laila menuangkan air ke dalam gelas saat pertanyaan Rembulan terlontar, menarik pelan lengan Rembulan untuk duduk bersama di dekat meja makan. Senyuman Laila terpancar, kepalanya mengangguk kemudian memberikan segelas air itu pada Rembulan.

"Vano lagi sakit, Bulan. Mungkin dia ingat sama bundanya dulu. Kamu tahu 'kan keadaan orang yang lagi sakit itu gimana, gak akan fokus. Jadi ini wajar aja," jawab Laila dengan tenang, jauh dengan perasaan Rembulan yang terasa kacau. "Kalau tentang Aurora, dia itu adiknya kakak-kakak kamu. Sekarang udah gak ada."

Selain mendapatkan informasi dari Alderion, Laila juga sempat menanyakan perihal dua perempuan yang pernah hadir di sini sebelumnya. Asha Aurellia yang merupakan istri pertama Anggara, serta Aurora Zanava anak bungsu dari Anggara. Keduanya merupakan sosok penting dalam keluarga ini. Hanya saja keduanya tiada dalam kecelakaan mobil. Begitu yang dikatakan Anggara dan Alderion pada Laila. Namun, tak ada penjelasan lebih lanjut lagi bagaimana kejadian atau penyebab detailnya. Laila juga tidak bisa memaksa untuk membuka sebuah luka lama.

Apapun yang menyakitkan pasti akan dipendam dan berusaha untuk tidak dikeluarkan, agar tak menimbulkan perasaan sakit yang sama.

"Ma." Rembulan memanggil, kedua tangannya meraih tangan Laila untuk digenggam. "Ma, mereka berdua penting ya di sini?"

4 Brother'z | Open POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang