🌙ㅣ30. Pengakuan Empat Kakak

116K 12.7K 618
                                    

''Pikiran orang-orang tak akan pernah sama dengan apa yang kita harapkan''

''Pikiran orang-orang tak akan pernah sama dengan apa yang kita harapkan''

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bangunin, bukan ditekan-tekan kayak remote begitu pipinya." Alderion menepuk pundak Alvaro, menghentikan aksi adiknya yang asik memainkan pipi seseorang yang sedang tertidur di kursi.

Alvaro menoleh sebentar pada Alderion yang sudah duduk dan menyalakan televisi. Kemudian ia kembali menatap gadis yang masih tertidur di hadapannya. Posisi Alvaro terduduk di lantai, satu tangannya bergerak memainkan pipi yang seperti mochi, satu lagi menopang dagu.

"Bang, Varo udah jahat sama dia. Padahal dia gak tahu apa-apa."

Kening Alderion mengerut, pandangannya tak lagi fokus pada berita pagi, ia memandang Alvaro dengan lekat kemudian pada Rembulan yang masih tertidur di kursi. Padahal, gadis itu jam empat pagi tadi bangun, ingin melihat sunrise di pantai, tapi karena masih sangat gelap, Alderion menyuruhnya untuk menunggu dan berakhirlah Rembulan yang terlelap hingga pukul setengah enam pagi ini. Mendengar perkataan Alvaro barusan, Alderion tak bisa menahan senyumannya.

Melihat cara menatap Rembulan, berbicara, serta memegangnya membuat Alderion tahu jika Alvaro sudah berubah. Mungkin, sedang berusaha. Saat ini masih pada prosesnya.

"Kamu gak terlambat buat memperbaiki, dan nutupin semua perbuatan kamu ke dia. Ganti semuanya, ulang lagi jadi yang baik," jawab Alderion dengan tulus.

"Gue juga jahat, Bang." Alzero muncul, baru keluar dari kamarnya. Niatnya akan ke dapur untuk mengambil minum, tapi saat mendengar percakapan di ruangan berkumpul, ia jadi berbelok ke sini. "Gue sempat salah sebut namanya. Seolah-olah dia cuman pengganti luka lama gue."

"Gue bahkan nganggap dia penghalang awalnya." Alvano ikut muncul, mendudukkan diri segera di sebelah Alderion. "Gue salah paham ke dia, ngira bakalan ngerebut semua yang gue punya di rumah. Tapi nggak. Gue juga udah jahat ke dia."

Entah mengapa, pagi ini di penginapan empat lelaki itu berkumpul untuk mengakui dosanya. Benar, empat-empatnya sekaligus karena sekarang Alderion juga bergabung.

"Sama," ucap Alderion mengejutkan yang lain. "Abang pertama kali lihat dia di pernikahan Papa sama Mama. Abang pikir, dia manja dan mungkin masih kekanak-kanakan, sampai bikin abang ngeluh kalau abang bakalan susah ngimbangin dan adaptasi sama dia. Abang takut kewalahan, Abang belum sepenuhnya nerima dia ... tapi, sekarang abang kaget, dia bisa dewasa di waktu yang benar. Dia berusaha buat gak manja, dan gak bikin hal-hal yang ngerepotin di rumah."

Semuanya jadi diam, menyisakan suara televisi yang menyiarkan berita pagi. Mereka berkecamuk dengan pikiran masing-masing, mengingat bagaimana mereka kembali berkumpul, mengobrol, saling bercanda, dengan sosok baru. Sosok yang tak pernah mereka duga sebelumnya.

4 Brother'z | Open POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang