35. •Tragedi•

Start from the beginning
                                    

"Dan sampai, Jasmine kenapa-kenapa, lo, orang pertama yang gue bunuh."

××××××××

"Gimana? Jasmine? Dia baik-baik saja?" Tanya Bara, berdiri dihadapan Aleo yang sedang menunduk dalam. Menatap sepatu kets yang sedang ia gunakan dengan pandangan kosong.

Sudah sejak empat jam yang lalu Aleo berdiri di depan ruang ICU, tidak ada tanda-tanda jika Dokter akan keluar untuk menyampaikan kabar baik.

Pikiran Aleo sudah banyak bermunculan hal negatif. Kenapa ini harus terjadi kepadanya?

Aleo menggeleng kecil. Harapan itu seakan perlahan mulai sirna, Aleo tahu, kandungan Jasmine tidak akan selamat, tapi untuk Jasmine? Setidaknya beri dia sedikit keajaiban, walau Aleo juga tidak pernah percaya akan hal itu.

Lampu ICU berubah menjadi hijau, seorang dokter perempuan keluar dari sana.

"Operasi sudah berjalan lancar, tetapi pasien masih belum sadarkan diri. Mohon ikut saya, saya ingin membicarakan sesuatu."

Wanita berpakaian hijau itu mengarahkan Aleo untuk mengikutinya, menuju ke salah satu ruangan. Namun Bara mencegah Aleo.

"Biar papah saja. Kamu istirahat dulu." Aleo mengangguk lemah, terlihat matanya sayu dan wajahnya juga lelah.

Jam sudah menunjukkan dua pagi, sudah hampir beberapa jam dia tidak tidur, kantung matanya juga sudah menghitam.

Aleo hampir lupa, dia belum sholat Isya. Lelaki itu memilih berjalan perlahan menuju musholla rumah sakit yang jaraknya tidak terlalu jauh. Saat sampai ia mengambil wudhu, membasuh wajahnya yang sudah tak bergairah, air itu mengalir, membasahi wajahnya, menghidupkan kembali kesadarannya.

Aleo melakukan empat raka'at sholat. Lain hal dengan dirinya, Jasmine melakukan hal yang sama yakni empat raka'at sholat, dua raka'at setelahnya, lalu melakukan sholat Sunnah taubat.

Aleo ingat betul apa kata Jasmine kala itu. "Sholat itu menghidupkan kembali jiwa-jiwa yang lemah karena dosa. Menjatuhkan banyak dosa di setiap ruku'dan sujudnya. Jadi kenapa masih meninggalkan sholat?"

Perkataan Jasmine membuatnya terdiam kala itu. Ada mantra yang membuat Aleo selalu berpikir dua kali saat mendengar perkataan Jasmine, perempuan itu perlahan mulai menguasai ego Aleo, menyingkirkan hal-hal yang menurut Aleo benar untuk dilakukan ketika dahulu, contohnya saja saat ia selalu membela teman-temannya yang melakukan kesalahan. Bukannya menasehati mereka, Aleo malah menyalahkan orang yang seharusnya ia bela.

Aleo bodoh saat itu. Dia terlalu kesepian hingga tak ingin ditinggalkan, maka dari itu ia selalu menjaga hubungannya terhadap para sahabatnya, walau ia harus melakukan hal yang salah sekalipun.

Selepas melaksanakan sholat Isya, disertai dzikir dan doa, Aleo kembali ke ruang ICU tempat Jasmine melakukan operasi tadi. Dia menatap perempuan yang terbaring lemah dengan banyak luka itu melalui kaca pintu.

Banyak selang yang dipasang di sekujur tubuhnya, serta alat-alat medis yang senantiasa berada di samping tubuhnya yang tidak sadarkan diri.

"Aleo," panggil Bara dari arah belakangnya.

Laki-laki itu menoleh dan menatap ayahnya yang berjalan menghampiri dirinya.

"Kenapa kamu nggak istirahat?" Tanya Bara namun digelengi oleh Aleo.

"Aleo bakal tetep disini sampe Jasmine sadar." Kekeuh Aleo kembali menatap pintu ruangan itu.

"Aleo, Jasmine...." Bara menggantungkan kalimatnya membuat Aleo bertanya-tanya.

"Jasmine kenapa pah?"

"Kamu lebih baik pulang dan istirahat saja, ini sudah mau masuk waktu subuh, apa kamu nggak capek?"

"Jawab pertanyaan Aleo, pah. Jasmine kenapa?" Kekeuh Aleo masih bertanya. Bara sedikit menghela nafas, dia menoleh kearah pintu ruangan ICU.

"Kata dokter, Jasmine mengalami cedera kepala yang cukup parah, beberapa tulangnya juga patah, dan juga, kedua janinnya tidak ada yang selamat, selain itu, ada beberapa luka lagi. Kamu berdoa saja, agar Jasmine bisa bertahan,"

Aleo terdiam, dia sudah menyangka tentang janin yang dikandung Jasmine, lagi pula, jika pun perempuan itu bertahan hingga akhir, Aleo takut Jasmine akan mengalami hal yang sama. Kematian.

Aleo selalu bertanya, kapan Jasmine akan sadar? Dia rindu mendengar suara perempuan itu, yang selalu mengomel ini itu, walau Jasmine bukanlah orang terlampau cerewet.

"Aleo, kamu cepat pulang, istirahat. Papah akan jaga disini," Aleo kembali menggeleng kecil, keras kepala.

"Sekali saja, dengarkan papah. Kalau kamu sakit, siapa yang akan jaga Jasmine nanti?"

Kali ini Aleo mengangguk. Ada benarnya perkataan Bara, siapa yang akan kembali kesini jika bukan dirinya?

×××××××××

Aleo terbangun saat matahari mulai terbit. Sinarnya memasuki celah-celah kecil di kamarnya, menganggu tidurnya yang terlalu pulas karena begitu lelah.

Hari ini terasa berbeda dari biasanya, tidak ada seseorang yang selalu membangunkannya saat pagi, mengomel untuk makan ini dan itu, dan terlebih lagi, saat orang itu selalu menyiapkan pakaian untuk Aleo kenakan.

Laki-laki itu memilih bangun dari tempat tidurnya, berjalan ke arah kamar mandi dengan lesu dan langsung melakukan rutinitasnya. Saat selesai, Aleo terlupa jika ia tidak membawa atasan, tanpa sadar dia memanggil nama seseorang.

"Jas! Jasmine! Tolong ambilin kaos gue!" Teriaknya di dalam kamar mandi.

"Jas-" Aleo mengatup bibirnya. Dia lupa, kalau orang yang sedang ia panggil tidak berasa disini. Beberapa bulan bersama Jasmine, perempuan itu sering memanjakannya, dan entah bagaimana, Aleo menjadi terbiasa akan hal itu.

Tak berpikir lama, laki-laki tanpa atasan itu berjalan menuju ke luar kamar mandi dan langsung memakai pakaian yang sudah tersampir di atas tempat tidur.

Hari ini Aleo akan segera ke rumah sakit untuk menjaga Jasmine, namun dering ponsel menghentikan kegiatannya.

Ia mencari-cari ke arah sumber suara, hingga menemukan ponsel itu tersimpan di bawah bantal. Aleo dengan segera menggeser tombol hijau, hingga suara ayahnya terdengar disana.

"Assa-" Baru ingin mengucapkan salam, Bara memotong perkataannya dengan suara yang khawatir.

"Aleo. Papah mohon kamu cepat kesini Jasmine....Jasmine...."

"Jasmine kenapa pah?"

×××××××××

Huhu, maaf sekali karena lama nggak up, terima kasih juga yang sudah koar-koar buat nyuruh UP.

Vote dan komen dulu yuk, insyaallah aku update cepet.

Jasmine Where stories live. Discover now