🌙ㅣ28. Semua yang Telah Terjadi

Mulai dari awal
                                    

Hingga menit-menit terlewati, Alvaro berhenti berbicara. Ia melirik sekilas ke belakang, melihat Rembulan yang membersihkan daun-daun kering dari makam Asha dan Aurora.

Alvaro menghela napas, meraih tangan Rembulan agar gadis itu berhenti melakukan kegiatannya. "Gue jarang dengerin apa yang Bunda bilang," ucapnya secara tiba-tiba, membuat kening Rembulan mengerut saat itu juga.

"Bunda Asha?" tanya Rembulan, hanya sekedar pertanyaan retoris karena Alvaro kembali bungkam.

Tanpa diduga, kepala Alvaro mengangguk. "Dan itu semua, kesalahan fatal gue."

Kini, Rembulan diam sepenuhnya tepat saat Alvaro menariknya mendekat hingga mereka berdua duduk berdampingan. Alvaro menghadap ke depan, fokus pada nisan Asha sang Bunda, kemudian memejamkan matanya sejenak.

"Gue nakal dan gak dengerin semua yang dia bilang, karena gue pikir, Bunda atau Papa gak akan terlalu merhatiin gue. Mereka lebih merhatiin Alvano. Dan saat kelahiran Aurora, mereka juga lebih merhatiin dia dibanding gue."

Dari sana, Alvaro terus mengungkapkan semuanya dengan suara yang terdengar kosong tanpa arti. Mengungkapkan secara tidak langsung Alvaro memiliki ketakutan menjadi sosok kakak. Ketakutan yang lumrah, seperti tak mendapat perhatian orang tua karena lebih mementingkan adik-adiknya. Karena semua itu, Alvaro mencurahkannya pada beberapa kenakalan remaja. Dirinya yang masih SMP, masih labil, mencoba semua yang ia anggap kesenangan masa muda. Bahkan sampai terlibat dengan sebuah geng motor besar.

Dari sana semuanya berawal. Hingga puncaknya, ia melakukan balapan liar dengan salah satu ketua geng motor yang cukup ditakuti. Perasaan Alvaro yang abai dan tak acuh, tentu saja menerima ajakan balapan itu tanpa ragu, ingin membuktikan siapa yang pantas dan siapa yang lebih hebat.

Alvaro berhasil membuktikannya, ia mengalahkannya dengan telak. Menjadikan namanya melambung tinggi di kalangan anak remaja nakal lainnya. Alvaro mengalahkan seseorang yang bahkan belum dikalahkan sebelumnya. Itu juga menjadi sebuah awal di mana dendam terbentuk.

Alvaro senang, ia merayakan kemenangan dengan semua temannya.

Sayangnya, ada yang langsung membentuk kebencian.

Geng motor tidak sesederhana itu, geng motor tidak semudah itu. Hanya sekumpulan orang-orang dengan motor, lalu berkelahi, tawuran, dan melakukan kenakalan-kenakalan lain? Tidak. Geng motor berbahaya, lebih parah dari yang diduga-duga. Apalagi geng motor yang memang dari awal mengambil jalan yang salah.

Buktinya, saat kekalahan ketua geng motor di arena balapan, mereka menjadi tersulut api. Hingga merencanakan sesuatu yang sudah pasti tak bisa ditarik lagi. Hal yang benar-benar diliputi dengan amarah juga dendam.

"Itu yang jadi penyebab kematian Bunda sama adik gue." Alvaro menoleh ke samping kiri, hanya untuk memastikan apakah Rembulan mendengarnya atau tidak, dan ternyata Rembulan juga menatapnya, dengan raut wajah yang tak terbaca.

Alvaro menghela napas, ia mengusap wajahnya dengan sebelah tangan sebelum akhirnya memutuskan untuk melanjutkan. "Waktu itu, gue gak tahu banyak tentang geng motor, gue cuman anggap itu perkumpulan biasa. Tapi ternyata bener-bener bahaya. Mereka nekat ngambil nyawa gue karena kekalahan itu."

Menurut Alvaro, kemenangannya hanya keberuntungan karena usahanya yang bersungguh-sungguh. Alvaro menganggapnya sepele kala itu, namun tidak dengan sang ketua geng yang menganggap semua adalah kehancuran dan harga diri.

Mereka memutuskan untuk membalas dendam, dengan mengincar nyawa Alvaro.

Masuk diam-diam pada kediaman Zanava, menyabotase mobil yang biasa Alvaro gunakan dengan sang supir untuk berangkat sekolah. Tetapi sayang sekali, saat itu Alvaro bahkan tak memakai mobil itu lagi.

4 Brother'z | Open POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang