28. •Salah paham•

62.3K 7.3K 153
                                    

“Badannya udah nggak terlalu panas.” Ujar Jasmine yang terbangun jam 3 subuh karena ingin mengecek suhu badan Aleo.

Jasmine pun beranjak dan berjalan ke dapur untuk membuat air panas kembali. Perempuan itu beberapa kali menguap karena masih mengantuk, bahkan beberapa kali dia tidak sengaja menutup matanya saat menunggu air di kompor itu mendidih.

Rumah ini memiliki dua lantai, Bara ingin cucunya yang sudah lahir nanti bisa menempati lantai atas. Bara, mertuanya itu benar-benar memperhitungkan semuanya dengan baik.

Setelah selesai, Jasmine kembali ke kamar Aleo. Perempuan itu duduk di bibir ranjang dan menaruh baskom di nakas samping tempat tidur.

Dengan telaten Jasmine memasukan kainnya kedalam air yang sedikit panas itu lalu memerasnya dan menempelkannya pada kening Aleo.
Laki-laki itu merengkuh saat merasakan panas menjalar di keningnya, namun bisa kembali tenang ketika Jasmine menepuk dadanya pelan.

Aleo memang definisi bayi besar.

Sebelum ia membereskan semuanya, Jasmine melaksanakan sholat tahajud terlebih dahulu. Ia berdoa untuk kesehatan suami, anak yang dikandungnya dan untuk semua keluarganya, tak lupa beberapa doa lainnya yang ia panjatkan.

Selesai menunaikan sholat tahajud,  ia duduk bersila di atas sajadah. Ia menaruh Al-Qur'an itu di atas rek berbahan jati dan membuka lembaran demi lembaran hingga menemukan Surah Al-Waqiah.

Dalam surah itu tertulis, bahwa nanti jika hari kiamat tiba, manusia akan terbagi menjadi tiga golongan. Dan Jasmine sangat berharap ia dan seluruh keluarganya bisa termasuk ke dalam golongan kanan itu.

Jasmine mulai membacanya dengan suara pelan dan cengkok yang indah. Membaca Al-Qur'an dengan suara pelan, indah, dan syahdu bukan semata-mata agar didengar orang lain, namun nilai plusnya disini adalah agar kita sendiri yang mendengarnya lebih khusyuk serta  menambah kenikmatan dalam batin. Apalagi, membaca al-Qur’an adalah sebaik-baik penawar hati dan penentram jiwa bagi orang yang membacanya.

Beberapa menit berlalu, setelah ia selesai mengaji, Jasmine segera membangunkan Aleo pelan hingga laki-laki itu terbangun.

“Udah mau subuh, wudhu gih.” Ucap Jasmine lembut. Ia pun berjalan terlebih dahulu untuk mengambil wudhu. Meskipun wudhunya tadi tidak batal, namun kantuknya terus saja menyerangnya, membuatnya harus membasuh kembali wajahnya.

Setelah selesai wudhu, perempuan itu langsung mengenakan mukenahnya lagi, namun melihat Aleo yang hendak masuk ke dalam kamar mandi membuat Jasmine langsung melemparkan pertanyaan.

“Kamu mau ke masjid?” Tanya Jasmine yang diangguki Aleo.

“Kamu yakin bisa kesana?”

“Gue cuman sakit biasa, Jas,” Tutur Aleo dengan nada pelan.

“Yaudah kalau gitu, aku siapin sajadah sama sarung kamu dulu.” Aleo sekali lagi mengangguk.

Setelah laki-laki itu selesai, dia mengenakan sarung dan peci, tak lupa membawa sajadah di tangannya. Aleo menatap Jasmine begitupun dengan perempuan itu.

“Gue pergi, Assalamualaikum.”

“Waalaikumussalaam.” Balas Jasmine tersenyum lembut.

“Gue masih belajar. Belajar gimana suatu saat bisa ngimamin lo.”

××××××

“Makan yang banyak, kamu kan masih sakit.” Paksa Jasmine saat melihat makanan di piring laki-laki itu yang masih tersisa banyak.

“Nggak, mulut gue pahit.”

“Aku buatin teh manis mau?” Tawarnya digelengi Aleo.

“Yaudah makan buah aja ya? Nanti ujian malah lemes lagi.” Tanpa ba-bi-bu lagi, Jasmine beranjak dan memotong buah semangka, apel dan melon yang ada di kulkas. Dengan usaha keras ia membuat salad buah walau hanya bermodalkan tiga buah itu saja.

Jasmine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang