"Kak Aleo? Kalian ko-kok bi-bisa berdua?" Tanyanya bingung.

"Bella, aku mau ketemu ayah, boleh?"

"Cih, dia nggak mau ketemu sama lo!" Sarkas Bella tidak suka dengan kehadiran Jasmine bersama Aleo.

Aleo yang melihat itu justru menarik tangan Jasmine dan membawanya masuk kedalam. Bella yang melihat itu seketika naik darah, dan langsung berjalan menyusul kedua orang itu.

Jasmine jelas bingung, saat sudah sampai di dalam, ia melihat ruang tamu yang sepi, perempuan itu lantas menoleh dan bertanya pada Bella.

"Bell, ayah dimana?" tanya Jasmine yang ditanggapi malas oleh gadis itu.

"Siapa Bell?" Seorang wanita bersama pria paruh baya disampingnya muncul, membuat semuanya seketika menoleh.

Zera yang melihat kehadiran Jasmine seketika naik darah.

"Kamu?! Ngapain kamu kesini lagi!?"

"Ibu, Jasmine mau ketemu ayah. Tolong, kasih tau Jasmine, ayah dimana?"

"Dan di-dia siapa?" Tunjuk Jasmine pada pria paruh baya disamping Zera.

"Kamu tanya ayah kamu? Bodoh ya kamu! Ayah kamu itu sakit-sakitan sejak kamu membuat masalah! Dan sekarang sedang sekarat di rumah sakit! Kamu jadi anak kenapa tidak berbakti sekali?!" Jasmine mengerutkan keningnya, bahkan mereka tidak memberi tahukan tentang ayahnya sedikitpun.

"Aku? Bahkan kalian nggak pernah kasih tau ke aku tentang ayah!" Ucap Jasmine marah.

"Lebih baik urus saja itu ayahmu yang sedang sekarat, saya sudah tidak peduli lagi." Kata Zera membuat Jasmine menggeleng tak mengerti.

"Zera, siapa dia?" Tanya pria paruh baya disamping Zera.

"Anaknya Roni, sudah kita tidak perlu mengurusi mereka lagi, lagian kan pernikahan kita juga sudah dekat mas," ucapnya lembut dan tersenyum membuat hati Jasmine mendadak hancur.

Jasmine sudah tau, sedari awal memang Zera hanya memanfaatkan Roni untuk bekerja dan bekerja. Dan sekarang ketika Roni sudah tidak berdaya, mereka malah meninggalkannya begitu saja.

"Ibu jahat banget! Bisa-bisanya kalian ninggalin ayah yang lagi sakit!"

"Hey, saya sudah cerai lama dengan Roni! Kamu mau bukti? Cari sana ayah kamu di rumah sakit Medika, dan jangan pernah datang kerumah ini lagi! Karena rumah ini sudah menjadi hak saya. Pergi!"

Jasmine menggeleng sembari menangis tak percaya.

Sedangkan disana Bella terus memperhatikan pertengkaran itu. Ia menatap Aleo heran, kenapa laki-laki itu bisa bersama Jasmine? Apa jangan-jangan....

"Jas, balik. Mereka udah buang bokap lo, nggak usah mikirin mereka lagi, sekarang lo cuman perlu urusin bokap lo. Ayo jangan disini, pikirin kesehatan bayi lo." Tenang Aleo dengan lembut.

"Aleo kenapa bisa tahu Jasmine hamil?" Pikir Bella dalam hati.

"Lo nggak mungkin ayah bayinya Jasmine kan?" Tebak Bella membuat Aleo menatapnya sinis sembari mengangkat alis.

"Urus-urusan lo sendiri." Balas Aleo dingin.

Mereka berdua lantas berjalan meninggalkan rumah itu. Bella tidak percaya jika Aleo yang telah menghamili Jasmine. Jika begini artinya ia sudah kalah jauh untuk bisa mendekati Aleo yang mapan.

"Gue nggak akan nyerah buat dapetin kak Aleo, walau Jasmine hamil anaknya sekalipun."

×××××

Aleo dan Jasmine berjalan menyusuri rumah sakit Medika mencari kamar inap yang Roni tempati. Hingga mereka menemukan nomor yang sudah diberitahukan oleh suster sebelumnya.

Namun, belum sempat mereka masuk, seorang dokter dan suster dengan panik masuk kedalam ruangan itu. Jasmine jelas ikut panik dan cemas, ia pun menghampiri suster yang akan berjalan masuk dengan terburu-buru itu.

"Sus, ada apa ya sama pasien didalam?"

"Pasien kritis dan sekarang keadaannya semakin kritis. Saya permisi dulu," jawab Suster itu lalu berlari masuk dengan tergesa-gesa.

Jasmine terduduk di kursi rumah sakit, dan menutup wajahnya sembari terisak panjang. Aleo yang hanya diam sedari tadi ikut duduk disamping istrinya dan membawa kepala perempuan itu ke bahunya.

"A-Aleo, aku yang udah bu-buat ayah kayak gitu, ak-aku..... takut nanti kalau ayah kenapa-"

"Jas, jangan berpikiran kayak gitu. Lo nggak salah disini, yang salah gue, kalau aja dulu gue enggak pernah ngelakuin hal ceroboh kayak gitu, mungkin semuanya nggak akan terjadi."

"Tapi a-ayah?"

Belum sempat Aleo menjawab, pintu ruangan itu terbuka, menampilkan dokter dengan masker dan pakaian hijau panjang di tubuhnya.

"Keluarga pasien?" Panggilnya membuat Jasmine dengan cepat menghampiri dokter itu.

"Saya keluarganya. A-ayah saya kenapa dok?"

"Maaf, kami sudah melakukan semaksimal mungkin, tapi nyawa Pak Roni tidak bisa diselamatkan lagi, penyakit serangan jantung beliau sudah sangat parah, apalagi keluarga beliau tidak ada yang mengurus, kamu tidak bisa melakukan banyak tanpa persetujuan keluarga pasien. Kami mohon maaf sekali lagi."

××××××

Jasmine Where stories live. Discover now