Up Side Down

953 136 14
                                    

---Tidak semua masalah bisa di selesaikan dengan otak, tapi terkadang hati bisa melakukan yang lebih baik---EL

***

Sarah sendang sibuk mengerjakan sesuatu di depan layar Annie, tiba-tiba Arga datang menyela kegiatan nya.

"Sarah" Arga terlihat terburu-buru dan panik.

"Hai sayang. Kamu kapan tiba?" Tanya Sarah santai kemudian meminum kopi yang ada di meja kerja nya.

"Apa kamu sudah tau kalau rencana mereka berantakan... Nasya bahkan... " Arga menghentikan pembiaraan nya saat Sarah tiba-tiba mendekat dan mengecup bibir nya.

"Tenang lah, kamu baru saja tiba. Kamu pasti lelah. Istirahatlah sejenak dan biarkan aku menyelesaikan pekerjaan ku" Ujar Sarah dengan senyum manis tak terlihat tertekan sedikitpun.

"Tapi anak-anak sangat kacau" Arga masih belum bisa tenang.

"Aku tau" Sarah kembali ke depan layar Annie "Biarkan aku bekerja dengan Annie dan membereskan kekacauan mereka. Percayalah padaku"

Arga mengangguk. Tentu saja dia sangat percaya pada istrinya itu. Tidak ada alasan untuk meragukan kemampuan Sarah dalam mengontrol keadaan.

***

"Kamu mungkin sangat lelah. Aku akan mengantarmu istirahat" Ujar El seraya menarik  tangan Nasya ikut dengan nya.

Pikiran Nasya sudah melayang kemana-mana duluan saat El mengatakan akan memgantar nya beristirahat. Kata istirahat dalam tanda kutip yang ada di pikiran Nasya mungkin saja tidak jauh berbeda dengan yang ada di pikiran El.

Istirahat? dikamar? Berduaan? Apa itu artinya mereka akan melakukan nya lagi? Meningigat pusat kontrol emosi El yang rusak, itu artinya dia tidak akan bisa menahan dirinya untuk melakukan apapun yang dia mau. Apa lagi jika hanya ada mereka berdua dikamar dan di saat Nasya sudah menyatakan perasaan nya akan menjadi sangat sulit untuk menghindari hal itu lagi. Benar begitu bukan?

Setidak nya begitulah yang ada di pikiran Nasya. Dia mempersiapkan batin nya untuk itu.

Butuh beberapa lama bagi Nasya untuk bisa sadar jika El menarik tangan nya menuju ke asrama sendiri, bukan ke asrama pribadi El "Kita menuju ke asrama ku?" Tanya Nasya setelah sadar dari pikiran liar nya "Kamu tau dimana asrama ku?" Lanjutnya bertanya.

El mengangguk sebagai jawaban, yang entah mengapa Nasya bisa merasakan vibes anggukan itu sama seperti bagaimana biasanya El bersikap padanya sebelum memori nya di ganti.

"El, aku rindu" Lirih Nasya dalam hati. Meskipun yang memegang tangan nya saat ini adalah El, namun dia tetap saja rindu. Dia merindukan sikap dingin El padanya yang tetap selalu berhasil membuat hatinya hangat.

El kemudian mengganti pegangan tangan nya menjadi rangkulan di bahu Nasya agar mereka berjalan beriringan. Dimana mata orang-orang di sekeliling tertuju pada mereka. Ini akan menjadi neruta besar dikampus. Saat Nasya dan El resmi berpacaran. Tentu saja sulit untuk di lewatkan jika seorang pangeran memilih cinderalla nya.

"Ayah ku memiliki mata dan telinga di semua dinding yang ada di kampus ini. Itu artinya aku bisa mencari tahu apapun yang kamu lakukan, dimana dan berbicara dengan siapa bahkan apa yang kamu bicarakan. Aku bisa mengetahu semua nya" Jelas El membumbuhkan sikap sombong nya dalam kalimat.

Tapi bukan itu inti nya, Nasya justru menangkap itu seperti sebuah peringatan bagi nya. Itu artinya dia tidak boleh berbicara apapun tentang misi mereka di kampus atau BOS akan mengetahui nya. Dan sayang nya, Nasya baru saja membicarakan tentang jam tangan itu di taman di tambah lagi Juan yang memberitahu bahwa jam tangan itu bisa memberi petunjuk keberadaan Tuan Putri.

My Dangerous HusbandWhere stories live. Discover now