Jalan Berbatu

925 111 10
                                    

"Lepaskan tutup mata nya" Seseorang dengan suara berat memerintah untuk melepas kain yang menutup mata Nasya, hingga Nasya bisa melihat dengan jelas kemana dia di bawah dan oleh siapa.

Bukan hanya tutup mata nya saja, si penculik juga melepas tali yang menjerat kaki dan tangan Nasya. Tanpa pengawalan yang begitu ketat selayaknya orang yang di culik, Nasya bisa bergerak bebas di dalam ruangan itu.

Meski gelap, namun Nasya bisa menebak dia tidak sedang berada di dalam gudang atau pun bangunan tua. Semua barang sepertinya tertata rapih dan bau nya khas seperti bau obat-obatan rumah sakit.

Nasya bisa merasakan kelima lelaki yang menculik nya tadi pergi menjauh darinya, meninggalkannya berjalan bebas di dalam ruangan gelap itu.

Tak lama kemudian, seluruh lampu dalam ruangan menyala membuat mata Nasya silau. Dia perlu beberapa saat untuk menyesuaikan penglihatan nya agar bisa melihat dengan normal.

Setelah mampu melihat dengan Normal, kini Nasya terbelalak dengan pemandangan di depan nya.

Adelard sedang berbaring di sebuah meja aluminium datar di tengan ruangan dengan tidak sadarkan diri. Beberapa kabel menempel di kepala nya dan terhubung langsung dengan monitor yang di ruangan itu.

"El" Panggil Nasya mencoba mendekati El namun tidak ada respon.

"El buka matamu" Panggil Nasya lagi dengan menepuk bahu El namun tetap tidak ada respon. Nasya semakin kebingungan saat merasakan kulit El sedingin Es.

Suara langkah kaki dari sepasang sepatu yang mendekat membuat Nasya mencari arahnya datang nya suara itu. Seseorang telah berdiri di balkon atas lantai dua, seolah sedang mengawasi dirinya dan El di tengah ruangan yang lebih mirip dengan laboratorium penelitian.

"Apa yang kamu lakukan padanya?" Tanya Nasya pada lelaki separu baya pemilik suara langkah kaki tadi.

Lelaki itu menyeringai mendengar pertanyaan Nasya "Apa kamu tau otak memiiliki fungsi yang sangat hebat bagi tubuh kita. Dia bisa memerintah semua anggota tubuh untuk melakukan apa yang dia inginkan" Kata lelaki itu memulai pembicaraan nya.

"Apa maksud mu" Tanya Nasya tidak mengerti.

"Biar ku tunjukan" Lelaki itu memberi isyarat pada seseorang untuk menekan tombol yang terhubung dengan El kemudian sontak monitor menunjukan alarm merah.

"Otak di matikan"

Begitulah peringatan di monitor membuat Nasya panik karena El menunjukan reaksi kejang-kejang "El, apa yang terjadi?, El, Sadarlah!"

"Lebih hebatnya lagi saat otak seseorang berada di genggaman ku. Saat aku menginginkan dia mati maka dia akan mati. Hanya butuh waktu 2 menit, jika aku tidak menghidupkan kembali otak nya maka dia akan benar-benar mati beserta seluruh organ nya akan berhenti bekerja"

"Aku mohon, jangan lakukan ini pada nya" Pinta Nasya dengan air mata yang nerlinan, dia benar-benar tidak berdaya melakukan apapun selain meminta kepada lelaki itu.

"Maka dari itu, gunakan waktu ini dengan baik untuk mengerti ucapan ku, atau kamu harus mengucapkan selamat tinggal pada suami mu"  Lanjut lelaki itu tidak bergeming dengan kepanikan Nasya.

"Katakan, apa yang kamu mau!" Teriak Nasya terburu-buru karena El semakin melemah dan pucat pasih.

"Berhenti berusaha membuat El mengingat siapa dirinya yang sebenar nya, karena itu tidak akan berhasil. Tugasmu di sisi nya hanya membuat dia yakin akan kehidupan nya saat ini. Bisakah kamu lakukan itu?"

"Aku akan melakukan apa saja, tapi ku mohon berhenti menyiksa nya seperti ini" Balas Nasya setuju dengan cepat.

"Ku ulangi sekali lagi. Tugas mu adalah meyakinkan El kalau kehidupan nya saat ini adalah nyata. Dan jika seseorang mencoba membuatnya kembali ke masa lalunya dan kamu tidak menghalangi nya maka akan kupastikan dia dan otak nya berhenti bekerja selama nya"

My Dangerous HusbandWhere stories live. Discover now