-duapuluhsatu-

0 2 0
                                    

Ketika sedang bersama April, Bimbo jadi lupa sama Gista. Bahkan Bimbo tidak lagi melamun memikirkan tentang betapa jahatnya dirinya yang sudah menyakiti hati Gista.

Seakan fokus Bimbo hanya tertuju pada April seorang.

Cewek itu sangat ceria. Bimbo jadi terpaksa menceritakan tentang keluarganya yang menurutnya berantakan pada April. Bimbo terpaksa mengatakan itu untuk menutupi masalahnya dengan Gista. Dan sepertinya April percaya.

Seetelah cerita, Bimbo memang jadi lebih periang lagi.

“Kamu rencana kuliah mau dimana, Bim?” Tanya April disela-sela makan nasi goreng.

“Em... Mungkin masih di Jakarta, tapi gue belum tahu kampus mana.”

“Kenapa nggak mau ke luar kota? Kan udah kuliah, merantau gitu.”

“Emang lo mau kuliah di mana?” tanya Bimbo.

“Aku pengen banget ke Yogya. Tapi nanti aku juga pengen ngekos di sana, tanpa orangtua aku.”

Bimbo menatap takjub. Dia tahu, April memang pintar. Kalaupun kesampaian kuliah di Yogya, April pasti bisa bertahan hidup.

“Kamu... Nggak sedih aku mau pergi?” tanya April tiba-tiba.

“Ah,” Bimbo jadi salah tingkah, “gue ikut seneng dengernya. Dan gue pasti support keinginan lo apa pun itu.”

April tersenyum senang. Dia merangkum kedua tangan Bimbo. “Aku bersyukur banget punya kamu, Bim.”

Bimbo terdiam. Dia tidak melepaskan pegangan April. Dia tidak melepaskan pula tatapan matanya dari April.

Kenapa Bimbo jadi lembek seperti ini? Bahkan saat ini, Bimbo melihat ada binar harapan di kedua mata April.

[end] SS (3) - SEBUAH NAMA DI HATINYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang