[end] SS (3) - SEBUAH NAMA DI HATINYA

-delapanbelas-

Untung saja hari itu adalah hari terakhir sekolah sebelum besok weekend, jadi Bimbo bisa sampai malam mengajak Gista jalan-jalan.

Saat Bimbo melihat wajah Gista yang sangat bahagia, dia semakin merasa bersalah. Bukan hanya karena April, tapi teringat cewek-cewek lainnya yang ia jadikan gebetan tanpa sepengetahuan Gista.

Bagaimana bisa Bimbo menyakiti hati seorang Gista yang padahal sangat ia sayangi?

Kalau bisa, Bimbo ingin dipukuli saja. Agar dirinya merasakan bagaimana rasanya sakit. Kalau Gista sampai tahu, dia pasti akan sangat kecewa.

Bimbo mengantarkan Gista pulang sampai ke rumahnya. Di depan pagar, Gista sempat terdiam. Memandangi wajah Bimbo lama.

“Kenapa?” tanya Bimbo heran.

“Gapapa,” Gista menggeleng. “Nggak boleh ya mandangin wajah pacar?”

Bimbo terkekeh, “Boleh lah.”

“Udah lama banget nggak ketemu kamu. Kita juga jarang pergi berdua kayak gini.”

“Iya, maaf ya.” Ucap Bimbo dalam.

Gista menggeleng, “Aku yang minta maaf. Pasti gara-gara aku yang terlalu sibuk latihan Karate. Aku minta maaf ya, Yang. Aku usahain buat nggak terlalu sibuk dan sering-sering jalan berdua sama kamu.”

Bimbo tersenyum pedih. Bagaimana bisa Gista yang minta maaf sementara dirinya yang jelas-jelas bersalah di sini?

Oh Tuhan. Kini Bimbo merasa sangat pengecut. Dia merasa tidak pantas mempunyai sosok cewek yang sangat baik sekali seperti Gista.

“Ya udah, aku masuk ya. Ibu pasti udah nungguin dari tadi,” ujar Gista.

Bimbo mengangguk. Sebelum masuk, Gista sempat memeluk Bimbo lagi sekilas.

Bimbo melambaikan tangannya sampai Gista menutup pintu rumahnya.

Mata Bimbo memanas. Apalagi saat mendengar kata “Ibu” yang diucapkan Gista. Bimbo sangat mengenal sosok Ibu Gista. Sosok wanita yang hebat karena sudah membesarkan seorang anak yang sangat baik seperti Gista seorang diri.

Bimbo tidak bisa membayangkan ketika Ibunya Gista tahu jika selama ini putrinya disakiti oleh Bimbo.

Perasaaan bersalah di hati Bimbo semakin memuncak.