16.

9 3 0
                                    

"Tar," panggil Farah pelan dengan tatapan sendu pada Mentari

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

"Tar," panggil Farah pelan dengan tatapan sendu pada Mentari.

"Gapapa Far, mungkin dia lagi ada masalah di rumah jadi sensian," sahut Mentari mencoba berpikir lebih positif.

Sementara Jonathan hanya bisa menghela nafas pelan sambil menggerutu bak anak kecil, "Kalau demen cewe di pak cepak cepak jeder kek, ini malah di anggurin. Giliran mau di embat orang lain aja, ga terima."

Sedangkan Farah yang mendengar grutuan Jonathan langsung melayangkan tatapan tajam pada laki-laki itu. "Ngomong apa lo!"

Sontak Jonathan kaget atas sentakan yang di berikan Farah, namun beberapa detik kemudia ia mulai biasa saja. "Gue cinta sama lo," jawabnya dengan mengimut-imutkan suaranya, di sertai dengan cengiran khas seorang Jonathan Anselo.

"Dih najis!"

Mendengar jawaban Farah membuat Jonathan menjadi kesal. "Jadi pacar gue napa Far," ucapnya seperti tidak ada beban.

"Noh cewe lo bertebaran di mana-mana, udah kaya cabe diskonan."

"Itukan mereka bukan lo," kesal Jonathan pada Farah.

"Yaudah, yang mau sama lo kan mereka bukan gue," sinis Farah dengan senyuman bak seorang iblis.

"Lo serem njir, kaya Nenek ngesot."

"Bodo."

Sementara itu, Mentari hanya bisa menghela nafas kasar, medengar mereka bertengkar hanya akan membuatnya menjadi tambah pusing saja.  Huhft!


🍃🍃🍃

Rangga masih termenung di kamar seorang diri, entah sudah berapa lama ia duduk di jendela kamar, namun ia masih sangat betah dan tak berniat untuk beranjak barang sedetik saja.

Bayangan wajah seorang Mentari Audisya sedari tadi terus menghantui pikirannya, membuatnya menjadi tak tenang. "Omongan gue tadi kelewatan ya," monolog nya dengan tatapan sendu kebawah.

"Tapi gue cemburu Tar, lo terlalu berharap ke dia, sementara dia ga respon lo sama sekali.  Sedangkan gue yang udah ngejar lo dari dulu, ga lo gubris sama sekali."

"LO TAU GA SIH GUE CEMBURU."

Sesak di dadanya mendera ke sekujur tubuh, kala mengingat perjuangan Mentari untuk mendapatkan seorang Alpha, sedangkan ia yang sudah memperjuangkan Mentari mati-matian malah tidak di hiraukan.

Gagal, lagi-lagi Rangga gagal menerbitkan senyum di bibir mungil seorang Mentari, seperti tiada habisnya ia selalu menggoreskan luka di hati kecil gadis itu, hanya karena kecerobohan yang ia lakukan.

Mau bagaimana lagi, membalik waktu pun tak bisa, semua sudah terjadi.  Yang ia harapkan hanyalah pengertian dari kedua sahabat laknat nya itu, semoga saja mereka memenangkan mentaryi, bukan malah membuat suasana semakin keruh. Semoga saja!


🍃🍃🍃

Sang mentari mulai terlihat menampakkan sinarnya di ufuk timur, membuat seorang Mentari terusik dari tidur lelapnya.

Seusai menangis panjang semalam membuat Mentari lelah, dan berakhir tidur lelap malam ini.

Ya, sepertinya menangis adalah obat terbaik bagi seorang insomnia seperti Mentari.

Dengan langkah berat Mentari menyeret kakinya memasuki kamar mandi, hari ini ia ingin kesekolah dengan keadaan sudah mandi, bukan seperti biasanya. 'Tidak mandi.'

"Males banget gue mandi sebenernya, tapi harus mandi biar cantik di pandang ayang." Setelah berkata demikian Mentari malah senyum-senyum sendiri.

ctek

Mentari telah usai mandi, dan langsung meluncur kemeja rias, hari ini dia akan sedikit berdandan, agar mempesona ketika di pandang ayang. 'katanya.'

"Kalau gw pake lipstik menor banget ga sih," monoloknya, "atau pake liptine aja ya," sambungnya lagi.

"Tapi kayanya pakai lipbalm aja deh, biar seger-seger asoyy."

Setelah selesai dengan perdebatan singkat antara Mentari dan Mentari, akhirnya Mentari pun bergegas keluar kamar untuk menyantap sarapan yang telah di sediakan untuk Mentari.

Saat tiba di lantai bawah, Mentari telah melihat bik surti yang telah menyiapkan sarapan untuknya.

Dengan senyum sumeringgah Mentari menyapa bi Surti, "Selamat pagi ibuku sayang, apa kabar mu hari ini, hahaha." Mentari terbahak mendengar penuturannya sendiri.

Bik surti yang melihat hal itu merasa heran, tidak biasanya Mentari seperti ini.  "Bahagia banget kayanya non," ujarnya pada Mentari.

"Iya nih bik, soalnya mau ketemu ayang," jawab Mentari girang.

Bik surti merasa heran, pasalnya baru kali ini mendengar kata 'ayang.' "Ayang itu siapa non?" Tanyanya pada Mentari.

"Ya kata orang sih gitu buk," balas Mentari asal.

Bukannya mendapat jawaban bik Surti malah semakin heran di buatnya. "Lah non."

"Udah ah ibu, Mentari mau makan."

"Yaudah deh, makan non," kesalnya pada Mentari.

Memang begini jika majikan rasa anak, seperti sudah tidak ada jarak antara mereka, tidak ada rahasia atau apapun. Semua akan mereka bagikan satu sama lain.

 Semua akan mereka bagikan satu sama lain

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.
MENTARINơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ