30.

2 0 0
                                    

'Haah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Haah.' Mentari menghela nafas ketika tubuhnya mendarat mulus di atas kasur. Hari ini sangat melelahkan, namun juga menyenangkan baginya.

Sepulangnya dari rumah Jonathan, Mentari dan Alpha menjemput Kayla—adik Alpha. Mereka pergi ke taman bermain, makan, dan Mentari singgah sebentar di rumah Alpha berbincang hangat dengan Denita Wulandari—Ibu Alpha.

"Kayanya gue harus banyak-banyak berkunjung ke sana. Tadi aja Tante Denita udah keliatan suka sama gue," monolog nya sambil menatap langit-langit kamarnya.

Asik berkelana dengan pikirannya sendiri, Mentari di sadarkan dengan sebuah pesan masuk di handphone nya.


+62 8XX-XXXX-XXXX

|Kau sudah menyalakan api. Dengan sengaja kau kibarkan bendera permusuhan. Tak ku ketahui apa tujuan mu. Namun  jika ku pelajari, kau seperti senang menggali liang kubur mu sendiri. Lanjutkan atau usai disini, semua keputusan ku serahkan pada diri mu.

Tertanda: pengagum yang kini membencimu|

Seketika Mentari takut saat membaca pesan itu. Apa ini? 'Pengagum yang kini membencimu.'
Sejak kapan ia memiliki penggemar?

Yang ia tahu, selama ini hanya Debby lah yang menjadi musuh baginya. Jika ia perhatikan dari susunan kalimat itu. Ini pasti bukan Debby. Terlalu baik kalimat ini untuk ukuran Debby pemalas.

Namun, siapa orang ini sebenarnya. Ia warga negara Indonesia? Apakah diam-diam masyarakat Indonesia benci padanya?

Ayolah, ini terlihat konyol tidak mungkin ia memiliki musuh. Walaupun ia kasar, namun sebisa mungkin ia menjaga sikap pada orang yang tidak mengusik hidupnya.

Jadi, apa lagi ini? Mengapa semesta seperti senang bermain-main dengan penderitaannya. Apakah setelah ini akan ada masalah? Atau ini hanya pesan salah tujuan?

Entahlah, sepertinya malam ini akan Mentari habisnya dengan berpikir keras dan mencari tahu semampunya.

🍃🍃🍃

"Lo sayang sama dia Al?"

"Tanpa gue jawab juga kayanya lo udah tahu."

"Ikhlasin Nabila Al, dia udah bahagia. Ini yang terbaik buat dia."

"Gue udah ikhlas dia pergi. Cuma gue belum siap buat terima orang baru, terlebih dia Mentari."

"Ga ada yang salah sama ini semua."

"Gue ga ada apa-apanya di banding Devano. Gue gamau di kemudian hari harus sakit karena ga bisa sama dia."

MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang