Shit!
Gadis itu mengumpat karena ia tidak bisa mengenali siapa lelaki yang berada di dalam foto itu. Wajah lelaki itu tidak kelihatan karena bersembunyi di belakang ceruk leher Kanaya dan tertutup oleh rambut panjang Kanaya. Ia tidak bisa menjadikan foto ini sebagai bukti untuk menguatkan opininya selama ini.
Tatapannya beralih pada kelima orang yang masih terkapar di tanah. Berbagai pertanyaan muncul di benaknya. Tentang dari mana mereka mendapatkan foto ini juga tujuan mereka mengirimnya ke markas Balapati.
"Gis. Itu foto apaan?" tanya Ganes yang memang tidak tahu akan foto tersebut karena tempatnya berdiri saat ini agak jauh dari Gista dan Revan.
Gista tidak menjawab. Gadis itu menatap nyalang kelima anak Gandaruka dengan mata memerah. "Siapa yang nyuruh kalian ngirim foto ini?"
****
Suasana di ruang inti Balapati kini terasa menegangkan. Hanya ada empat orang yang berada di dalam ruangan itu, yakni Revan, Mahen, Ganes, dan Gista.
Sedari tadi mata elang Gista tidak berpindah barang sedetik pun dari Revan yang kini duduk di kursi yang ada di ruangan serba cokelat itu. Tatapannya menyimpan amarah yang begitu besar yang sudah siap untuk ia ledakkan sewaktu-waktu.
Karena tidak ada yang memulai pembicaraan dan suasana semakin menegangkan. Mahen berdehem dan membuka suara, "Om apa nggak bahaya kita lepas mereka gitu aja kayak tadi. Bahkan, mereka belum sempat menjawab pertanyaan dari Gista."
"Percuma, Mahen. Mau kalian bunuh mereka sekalipun. Mereka enggak bakalan ngaku." Revan menjawab dengan tenang. Meskipun sebenarnya ia juga tengah gelisah.
"Tapi, kita harus cari tahu apa motif mereka ngirim foto Kanaya, Om? Apa itu artinya mereka tahu siapa laki-laki di dalam foto ini?" ucap Mahen meletakkan foto yang telah Revan robek menjadi dua itu ke atas meja.
Sementara, Ganes yang duduk di sebelahnya hanya diam memandangi foto itu dalam diam. Laki-laki itu belum membuka suara sama sekali setelah Gista menunjukkan foto itu usai mengamuk karena Revan menyuruh kelima orang tadi pergi.
Revan memejamkan matanya sebentar seraya mengembuskan napas berat. "Kita akan menyelidikinya, tapi nanti Mahen. Setelah kita semua tahu siapa ketua Balapati yang kamu sembunyikan identitasnya itu."
Mendengar ucapan Revan membuat Mahen terdiam seketika. Laki-laki itu memilih mengalihkan pandangannya ke arah lain ketika Revan dan Ganes menyorotnya tajam. Ganes terkejut. Dia sama sekali tidak mengetahui perihal ketua Balapati yang menutupi identitasnya itu. Padahal, ia juga inti di sini. Tapi, Mahen yang mengetahuinya malah menyembunyikannya dari semua orang.
Ganes menegakkan tubuhnya yang semula bersandar di kursi. "Jadi, lo tahu semuanya, Bang? Lo tahu siapa ketua Balapati itu sebenarnya, tapi nggak ngasih tau ke gue?"
"Lo anggep gue apa? Anjing!" Ganes menarik bagian depan kaus yang cowok itu kenanakan sampai Mahen berdiri dari duduknya.
"Lo lupa kalau gue ini juga inti Balapati?"
"Terus kalau lo inti Balapati kenapa?" balas Mahen mendorong dada cowok itu sampai terhuyung ke belakang.
Keduanya kini bertatapan sengit.
"Ya, gue berhak tau siapa ketua gue. Bangsat!"
"Tapi, kalau dia nggak mau identitasnya dikasih tahu ke semua orang lo mau apa?!" tantang Mahen tanpa rasa takut sedikit pun. Meski, ada Revan yang notabene orang penting Balapati juga ayah dari Ganes.
Tersulut emosi Ganes menonjok rahang cowok itu dengan keras. Hendak memberikan pukulan lagi. Namun, Revan segera mencegahnya.
"Ganes kendalikan diri kamu."
YOU ARE READING
GISTARA (END)
Teen FictionKejadian yang menimpa kakaknya membuat Gistara Arabhita membenci cowok. Dia menganggap semua cowok itu sama, yakni tiga B yang berarti belang, bejat, dan berbahaya. Akan tetapi, Gista yang membenci cowok terpaksa harus terus berurusan dengan Mangga...
Bab 26
Start from the beginning
