Sepulang sekolah tadi Kaivan memang sudah mendeklarasikan bahwa mulai hari ini Janu adalah soulmate barunya. Karena cowok itu merasa dia dan Janu itu bagaikan buah pisang di belah dua. Sefrekuensi, sehabitat, dan se-visi misi. Yakni, jamet pemes yang banyak duitnya.

Kenapa ibarat pisang di belah dua bukan pinang? Jawabannya karena kedua cowok itu juga sama-sana menyukai buah pisang. Tadi saat di kelas mereka sempat memperebutkan buah pisang yang mereka curi dari teman satu kelasnya.

"Daripada mubazir. Kan sayang kalau dibuang gitu aja," jawab Janu acuh tak acuh dengan pandangan mereka.

Dia malah dengan santainya menaikkan sebelah kakinya di atas kursi panjang yang ia duduki sambil terus menyesap kulit kwaci dan kacang yang berserakan di atas meja.

Mengabaikan tingkah Janu yang random. Kaivan menelisik penampilan Manggala saat ini.

"Lo dari mana sih, Gal? Masa iya ganti oli pakaian lo klimis kayak gitu?"

Semua mata kini tertuju pada Manggala. Mereka setuju dengan pendapat Kaivan. Manggala saat ini terlihat sangat rapi. Seragam sekolahnya siang tadi telah diganti menjadi setelan kemeja hitam lengan pendek dan juga celana jeans hitam dan sepatu kets putih.

"Pake item-item kayak orang abis ngelayat aja lo," imbuh Janu.

Manggala tersenyum tipis ke arah Janu. "Iya, gue habis ngelayat."

"Ke calon makam yang lo tempatin nanti," sambungnya dengan senyum mengerikan.

"Eh, anjir! Ti ati kalo ngomong, Gal. Ucapan itu doa. Jangan ngomong seolah-olah lo dapet pertanda kalau gue bakalan pergi dalam waktu dekat ini. Gue jadi ngeri nih. Mana gue masih banyak utang lagi sama Mbah Jenderal, " panik Janu yang malah ditertawakan oleh keempat cowok tampan itu.

"Eh, jangan-jangan Manggala emang udah dikasi pertanda sama Tuhan soal lo, Jan," ujar Kaivan menakut-nakuti Janu.

Dasar temen titisan dakjal! Kalau bercanda memang suka kelewatan!

****

Suara gelak tawa di lapangan belakang markas Balapati yang diterangi lampu-lampu di setiap pinggirnya ini terdengar sampai ke halaman depan. Di dalam sana, para inti Balapati dan beberapa anggotanya berkumpul. Termasuk Manggala, Magenta, Janu, dan Kaivan. Terkecuali, sang ketua yang masih menjadi misteri bagi semua anggotanya.

Malam ini mereka berkumpul untuk rapat besar membahas acara tahunan Balapati. Yakni, acara galang dana, bakti sosial, bazar, pentas seni yang menampilkan pertunjukan dari anak-anak Balapati sendiri dan juga pesta yang sering disebut malam pengakraban sebagai puncak acara.

Setiap tahunnya Balapati selalu mengadakan acara yang sudah menjadi tradisi turun temurun tersebut. Meskipun mereka ini geng motor. Akan tetapi, Erlan kala itu ingin geng yang ia dirikan ini memiliki dampak positif bagi sekitarnya bukan malah meresahkan mereka.

Untuk itu, Erlan berinisiatif melakukan serangkaian kegiatan tersebut untuk mengenalkan pada mereka bahwa Balapati itu bukan sekadar geng motor biasa yang hanya digunakan untuk adu keren sesama geng motor lainnya.

Erlan ingin Balapati itu dikenal banyak orang melalui kebaikan-kebaikan yang dilakukannya. Maka dari itu ia sampai membuat peraturan melarang  anggotanya untuk tawuran antar geng  motor tanpa alasan yang jelas.

Berikut peraturan Balapati yang telah disahkan dua puluh lima tahun yang lalu.

1. Dilarang keras menerima surat terbuka pertempuran tanpa seizin inti Balapati. Khususnya, ketua dan wakil.

GISTARA (END) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora