Satu

1K 181 127
                                    

DUK!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DUK!!!

Zita meringis saat tiba-tiba kepalanya dihantam sesuatu ketika sedang berjalan di tepi lapangan basket Universitas Mandala. Sambil mengusap pucuk kepalanya, ia menoleh dan mendapati sebuah bola basket menggelinding tak jauh dari tempatnya berdiri.

"SORRY!" teriak seseorang. "NGGAK SENGAJA!"

Zita yang masih memegangi kepalanya lantas menoleh ke sumber suara. Beberapa orang di lapangan basket sedang menatap ke arahnya. Raut mukanya berubah malas saat mendapati Reinaldi ada di antara mereka. Pemuda yang ia yakini sebagai pelaku pelempar bola ke arahnya.

"BOLEH MINTA TOLONG LEMPAR BOLANYA KE SINI?" teriak Reinaldi lagi sambil melempar senyum.

Zita mendengkus. Hari masih pagi, ia bahkan belum sampai ke kelasnya dan sudah harus berurusan dengan cowok itu. Ditambah ia hanya menerima permintaan maaf dari jarak jauh dan lebih tidak tahu malu malah memintanya untuk mengembalikan bola ke lapangan. Sungguh pagi yang indah, bukan?

Dengan kuat Zita menendang bola yang berada tak jauh darinya itu ke sembarang arah, yang jelas bukan ke arah lapangan basket. Bola itu lantas berguling, memantul saat menyentuh dinding lalu bergulir masuk ke selokan. Zita sontak menoleh pada Reinaldi, menutup mulut dengan tangan serta memasang ekspresi terkejut yang dibuat-buat.

"Uppss! Sorry!" Bibir Zita bergerak tanpa suara sebelum melenggang pergi meninggalkan Reinaldi dan teman-temannya yang sedang menganga tak percaya atas tindakannya. Terutama Reinaldi yang notabene adalah mantan pacarnya.

Reinaldi berkacak pinggang. Pemuda itu masih menatap ke arah Zita yang sudah berjalan menjauh dari lapangan dengan senyum miring tak habis pikir.

"Diliatin mulu. Masih cinta?" tanya Iddar, lawan main sekaligus teman baiknya sejak SMA itu baru saja kembali setelah mengambil bola hasil tendangan Zita. Beruntung selokan sedang kering jadi bola tidak sampai basah terkena air comberan. Tak mendapat jawaban dari Reinaldi membuat Iddar tersenyum jail. "Kalau lo nggak mau, buat gue, ya?"

Reinaldi melirik tajam pada Iddar. Sebelah alisnya terangkat. "Sejak kapan lo suka Zita?"

"Lo, kan, tahu selera gue?" Iddar tersenyum miring. "Zita sudah jelas masuk kriteria, lah!"

Reinaldi yang mendengar itu langsung meraih kerah kaos Iddar. Alisnya menyatu dengan sorot mata permusuhan. "Lo jangan macem-macem, ya!"

Iddar tersenyum mengejek. "Lo kan bukan siapa-siapanya lagi. Kok lo sewot?"

Reinaldi melepaskan tangannya dengan kasar hingga Iddar sedikit terdorong mundur. Ia sangat hafal apa yang biasa Iddar lakukan dengan cewek-cewek yang sedang atau sudah berhasil didekatinya. Karena itu, Reinaldi merasa tidak senang jika pemuda itu berniat menjadikan Zita sebagai salah satu mainannya.

"Terserah lo mau main sama siapa, tapi jangan sama Zita. Jangan pernah macem-macem!" ancam Reinaldi. "Kalau Theo tahu, bisa habis lo sama dia."

"Kalau Zitanya mau gue macem-macemin gimana, dong? Menurut gue, Theo nggak bakal ikut campur kalau Zitanya mau." Iddar semakin menantang. Reinaldi hanya menatap dingin. Sedangkan yang ditatap langsung tertawa puas lalu menepuk bahu Reinaldi. "Santai, Bro! Gue cuma bercanda. Panas amat. Zita udah kayak adik, nggak mungkinlah dia mau sama gue. Makanya kalau masih suka itu, ngomong! Keburu diembat sama yang lain."

My True Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang