18. •Sisi yang lain•

Start from the beginning
                                    

"A-Aleo, ka-kamu da-dari mana?" Tanya Jasmine gugup.

Aroma Cherry Blossom yang dipancarkan Jasmine membuat Aleo betah dipelukan perempuan itu. Kenapa sekarang Jasmine sangat hangat untuk dipeluk? Apalagi dia juga mengganti aroma parfumnya.

Jasmine yang melihat pintu belum ditutup pun mau tidak mau harus mendorong dada Aleo pelan. "Ka-kamu lebih baik mandi dulu, na-nanti sakit." Saran Jasmine setelah menutup pintu.

Jasmine melihat pakaian Aleo yang sedikit basah, ia khawatir laki-laki itu masuk angin nantinya.

Namun melihat Aleo yang seperti ini membuatnya sedikit takut, memorinya seakan berputar saat kejadian di malam itu. Jujur Jasmine takut, perempuan itu memilih bersandar pada pintu ruang tamu dan sedikit menjauh dari Aleo.

Tiba-tiba Aleo mendekatinya, mengunci pergerakan Jasmine, membuat Jasmine menutup matanya takut, hingga air matanya luruh.

"Lo cantik Jasmine." Gumam Aleo lembut membuat Jasmine langsung menatap laki-laki itu. Tatapan Aleo begitu dalam dan hangat, seperti tersirat sesuatu yang tidak Jasmine mengerti.

"A-Aleo, lebih baik kamu mandi. Atau aku buatin air hangat?" tawar Jasmine. Namun laki-laki itu malah kembali menyenderkan kepalanya di ceruk leher milik Jasmine.

"A-apa yang kamu lakuin?" Tanya Jasmine yang bingung akan perlakuan Aleo.

"Tolong, gue mau ngelupain dia." Pinta laki-laki itu dengan tatapan teduh, membuat Jasmine kembali dirundung rasa bingung.

"Ma-maksud kamu apa?"

"Gue benci diri gue sendiri, gue nggak bisa nyelamatin dia." Tutur Aleo yang mengatakan 'dia', jelas hal itu membuat Jasmine semakin bingung.

"Siapa?" Tanya Jasmine melemah ketika melihat mata sayu Aleo yang memancarkan luka dan kesedihan. Kenapa Jasmine juga ikut terluka melihatnya?

"Mamah gue." jawab Aleo membuat air mata Jasmine ikut luruh, luka yang laki-laki itu alami sama halnya seperti dirinya dulu, saat dimana ibunya harus meninggal. Jasmine masih sangat kecil saat itu, tatapannya yang sayu hanya bisa menangis histeris saat ibunya hanya meninggalkan jasad tanpa raga.

Tapi sepertinya Aleo lebih terluka darinya.

Jasmine mendekati Aleo dan memeluknya, perempuan itu sedikit berjinjit dan mengusap rambut coklat milik Aleo, menyalurkan rasa sayangnya yang mungkin tidak Aleo bisa dapatkan. Tidak peduli bajunya juga ikut basah, toh hanya sedikit.

"Nggak apa-apa, masih ada aku disini buat kamu Aleo." Ucapnya menenangkan Aleo.

"Gue mau tidur Jasmine." Kata Aleo yang berada di dekapan Jasmine.

"Iya," Jasmine melepaskan dekapannya, perempuan itu menuntun Aleo untuk kembali ke kamarnya. Aleo, dia laki-laki dengan penuh luka, walau dia sedikit terlihat kasar dari luar.

Mereka berdua duduk di bibir tempat tidur Aleo, Jasmine membantunya melepaskan jaket yang laki-laki itu kenakan, lalu setelah itu ia beranjak untuk segera pergi dari sana.

"Jas," panggil Aleo parau, hal itu membuat Jasmine yang berniat pergi, langsung berbalik.

"Kenapa? Ada yang diperluin lagi?"

"Duduk sini." Suruh Aleo menepuk kasur disampingnya. Jasmine yang mendengarnya jadi berdebar sendiri, tolong, ada apa ini? Kenapa Aleo sangat lembut? Mau tidak mau Jasmine berjalan menuju kasur disamping Aleo dengan sedikit ragu.

Setelah duduk, Jasmine meneguk ludahnya kasar. Dia gugup dengan suasana yang begitu canggung. Aleo menangkup sebelah pipi Jasmine, membuat perempuan itu terkejut dan menoleh menatapnya.

Sepersekian detik laki-laki itu memeluknya, kepalanya ia senderkan di bahu Jasmine. Jasmine bisa merasakan hembusan nafas Aleo yang hangat di lehernya.

“Aku tahu masalah kamu, Aleo. Tapi nggak gini cara buat keluar dari masalah itu. Kamu cuman nyakitin diri kamu sendiri.” Gumam Jasmine, meski Aleo menutup matanya, Jasmine tahu laki-laki itu mendengarnya.

“Gue sendirian. Nggak ada yang bisa ngertiin gue.”

“Di, sana ramai, tapi gue tetep ngerasa kesepian.”

“Nggak ada yang bisa ngertiin gue. Cuman mamah yang bisa ngertiin gue, tapi dia...”

Aleo menggantungkan ucapnya, dengan lelah laki-laki itu jatuh diatas tempat tidur dan terlelap, Jasmine lalu membantunya melepaskan sepatu yang Aleo gunakan dan membenarkan letak posisi sebagaimana orang tidur.

Diakhir itu, Jasmine ikut tertidur disamping Aleo, ia mengusap pipinya lembut, berdoa semoga Tuhan selalu memberikan laki-laki itu kebahagiaan.

×××××××

Udah aku UP nih, di vote dan komen dulu sebanyak-banyaknya, nanti kalau udah banyak aku balik lagi! Hahaha! <( ̄︶ ̄)>

Jasmine Where stories live. Discover now