26

4.9K 706 38
                                    

"Buat Kakak." Kaili meletakkan kotak kue tiramisu dengan ekspresi tak acuh.

Owen melirik adiknya sekilas, dia kembali membaca file yang baru diserahkan Intan.

"Kue tiramisu," ucap Kaili lalu melihat sekeliling ruangan. Tak ada yang menarik, terasa dingin seperti si pemilik ruangan. "Walaupun nggak suka setidaknya Kak Owen bilang makasih."

"Ada perlu apa?"

"Haruskah aku punya alasan untuk bertemu kakak sendiri?"

"Kalau nggak punya kerjaan, belajar. Bukan kelayaban nggak jelas."

Kaili mengemabil napas panjang, menahan emosinya yang sudah di ubun-ubun. "Kak, aku ke sini baik, lho. Bukan ngajak perang."

"Ada perlu apa? Kakak sibuk."

"Terus saja bekerja sampai tua dan hidup sendirian. Menyebalkan!"

"Sudah? Keluar!"

"Kak, aku cuma mau kasih ini."

"Makasih."

Kaili masih duduk, menyilangkan tangan di dada.

"Ada apa lagi?"

"Ini isinya tiramisu."

"Lalu?"

"Kak Owen suka?"

"Kalau kamu menyukainya, makanlah."

"Aku tanya Kak Owen suka nggak?"

Owen menutup map dan menatap tajam Kaili. Adik satu-satunya ini sudah mengganggu konsentrasinya. Dia mengambil kotak kue berwarna pink yang sangat manis itu lalu memakan kuenya.

Tak butuh waktu lama Owen telah menghabiskan 2 slice tiramisu yang sangat dia suka. Apalagi dia memang belum makan siang. Dia butuh menaikkan gula darahnya dengan yang manis-manis.

"Sudah habis. Pulanglah! Aku masih harus bekerja."

Kaili menganga takjub, kakaknya menghabiskan 2 potong kue tiramisu dengan sangat cepat. "Kakak suka atau lapar?"

"Keduanya."

"Tapi kenapa dulu selalu memberikan kue tiramisu milik Kakak padaku?"

"Karena kamu suka. Hal begitu saja ditanyakan. Sudah sana pulang. Aku benar-benar sedang sibuk. Kita bicara di rumah saja kalau kamu masih mau basa-basi."

Kaili berdecih lalu keluar dari ruangan Owen. Dia kesal selama ini tak memahami kakaknya sehingga harus kalah dari Bintang. Dia harus segera berkemas. Dia pantang ingkar janji.

Ekspresi Kaili tak bisa ditutupi dari rasa kesal, kecewa, dan sedih menjadi satu. Harus kembali menjalani rutinitas sebagai mahasiswa jurusan manajeman bisnis. Sungguh bukan pasionnya.

"Kenapa?" tanya Bintang yang melihat wajah lesu Kaili.

"Kak Bintang menang."

Bintang tersenyum lalu mengusap puncak kepala Kaili. "Jangan terlalu menilai buruk seseorang. Ketika kamu sudah membenci seseorang, maka apapun yang orang itu lakukan akan selalu salah di matamu. Ingat itu."

Kaili mengangguk. Dia akui sejak dulu tak terlalu menyukai Owen karena Owenlah yang selalu mendapat pujian dan perhatian orangtuanya. Sementara dia jadi anak yang selalu dituntut sempurna seperti Owen. Sampai akhirnya dia tak memahami kakaknya sedikit pun. Ternyata Owen memperhatikannya meski tak pernah diungkapkan.

"Kamu sudah janji. Kembalilah kuliah dan selesaikan secepatnya. Kamu bisa melakukan apapun yang kamu inginkan ketika kamu sudah menyelesaikan tugasmu. Tugasmu sekarang ikuti apa kata papa, jalani dengan benar. Meskipun kamu nggak menyukainya. Lebih cepat lebih baik jadi kamu bisa melakukan apa yang kamu inginkan secepatnya."

Kalea dalam Dekapan BintangOn viuen les histories. Descobreix ara