24

4.6K 706 32
                                    

Ingin tak mengeluh karena sudah jadi pilihannya. Tapi bertahan di Mahanta semakin menekan batinnya. Kemarin pagi sudah mendapat amarah yang tak semestinya. Seharian terasa seperti neraka. Bisakah dia melewati hari ini dengan normal? Kalea menyisir kasar rambutnya dengan tangan.

"Hari ini Bu Rima nggak dateng," ucap Jena saat Kalea baru saja menempelkan bokongnya ke kursi.

"Kenapa?" tanya Kalea sembari mendorong kursinya mendekati meja dan menyalakan komputer.

"Sakit. Dan kamu tahu?"

Kalea melirik Jena dengan malas. Kebiasaan Jena  bercerita tapi bertanya dahulu padahal sudah tahu lawan bicaranya tak tahu apa-apa.

"Gosipnya Bu Rima pensiun dini."

"Lo kira Bu Rima PNS pensiun dini." Kalea menancapkan sedotan ke Teh Kotak yang dibawanya.

"Serius. Ternyata dia sakit udah lama makanya kerjanya cuma nyuruh-nyuruh lo."

"Lo denger gosip dari mana, sih?"

"Serius! Ternyata kita aja yang nggak tahu apa-apa."

"Nggak ngaruh di hidup gue."

"Ngaruh dong. Bu Rima nggak masuk hari ini otomatis lo yang ngehandle kerjaannya. Siapa lagi selain lo?" ucap Jena lalu menahan tawa dan menyemangati Kalea.

Kalea mendesah, membuang ganjalan yang menyesakkan dada pagi-pagi. Kalau pun dia memilih pergi dia harus menyelesaikan dengan baik. Datang dengan baik, maka pergi tak boleh mengecewakan. Tapi benarkah dia ingin pergi? Kalea kembali mendesah. Tak semudah itu dia bisa melepaskan impian.

Kalea mengurut pelipisnya melihat map yang harus dia serahkan pada Bintang. Andai tak ada pertemua kali kedua dan memulai lagi kisah cinta mungkin akan lebih mudah hidupnya, pikir Kalea saat ini. Berat sekali kaki untuk melangkah ke ruangan Bintang. Bahkan untuk mengangkat bokong saja dia berat hati.

"Harus profesional, Lea!" ucap Kalea dalam hati menguatkan prinsipnya.

Kalea mengangkat dagu dan melemaskan bibirnya untuk tersenyum ramah selama berjalan ke ruangan Bintang. Ini akan jadi kebiasaan maka dia mengusahakan terbiasa.

Kalea menyapa Fara sebelum masuk ke ruangan Bintang.

"Sudah di tunggu di dalam."

"Ok."

Kalea tersenyum masuk ke dalam ruangan. Bintang melepas kacamata dan membalas senyum Kalea.

"Silakan duduk."

Kalea menyerahkan data yang perlu ditinjau bosnya. Dia tahu ini hanya akal-akalan Bintang. Seharusnya dia tak perlu menemui mantan terindahnya ini hanya untuk menyerahkan data pemasaran. Dia bisa menitipkan pada Fara.

"Akan langsung saya cek. Tunggulah!"

"Baik, Pak."

Kalea menghirup napas dalam-dalam menunggu Bintang yang mencermati laporan yang dia berikan. Dia melirik jam tangannya, sudah setengah jam lebih tapi tak ada tanda-tanda dia sudah boleh pergi. Bintang bahkan terlihat sangat santai membacanya.

"Maaf, Pak. Apakah masih lama? Saya masih punya pekerjaan lain."

"Oh, maaf membuatmu menunggu. Saya hanya ingin melihatmu lebih lama. Ini silakan dibawa lagi," ucap Bintang dengan santainya, menyerahkan map hitam ditangannya. Kalea justru yang jadi bengong mendengar jawaban Bintang.

Kalea dalam Dekapan BintangWhere stories live. Discover now