16

5.4K 775 89
                                    

Meski sudah bangun, Kalea tak berani membuka mata. Dia kembali memejamkan matanya pura-pura masih tidur. Dia terlalu malu saat melihat Bintang masih menunggunya. Dia malu mengingat kejadian semalam.

Hatinya memang tengah berbunga-bunga tapi dia tak punya muka di hadapan Bintang. Semalam sungguh memalukan baginya. Dia dengan berani kembali mencium Bintang yang sudah menyuruhnya tidur.

"Mau sampai kapan pura-pura tidur? Butuh kecupan selamat pagi?" Ledek Bintang.

Kalea menarik selimut hingga menutupi wajah teramat malu. Apalagi saat mendengar Bintang masih meledek ingin mengecupnya.

"Good morning!" ucap Bintang setelah menarik selimut lalu benar-benar mengecup bibir Kalea.

Wajah Kalea seketika seperti warna tomat. Dia menggigit bibir bawah tersipu malu. Dengan cepat dia turun dari ranjang dan lari ke kamar mandi.

Kalea mengamati wajahnya di cermin. Terlihat dirinya yang tak bisa berhenti tersenyum meski wajahnya pucat tanpa make up.

"Sarapanmu sudah datang. Mau aku suapin?" tanya Bintang saat Kalea keluar dari kamar mandi.

"Saya makan sendiri saja," jawab Kalea.

Bintang yang mendengar Kalea masih bicara formal padanya langsung menarik Kalea ke dalam pelukannya. Bintang memeluk pinggang Kalea lembut, memandang wanitanya dengan tatapan penuh cinta. Tapi Kalea justru gugup seketika.

"Masih bicara formal padaku? Butuh kuingatkan lagi?"

"Hah?" Mata Kalea melebar tak mengerti.

Bintang mengecup bibir Kalea cepat. "Gimana? Masih kurang mengerti?"

Kalea kelihangan akal sehat seketika. Dia mengalungkan tangannya pada Bintang dan mencium pria berparas tampan di pelukannya tanpa henti sampai Bintang kewalahan.

"Wow." Hanya kata-kata itu yang bisa meluncur dari bibir Bintang. Kepalanya ikut kosong hanya berisi gairah untuk mencium balik Kalea.

Ciuman mereka diakhiri dengan pelukan erat seolah tak ingin terpisahkan lagi. "You are amazing, Lea," bisik Bintang dengan suara parau yang seksi.

Kalea menebalkan muka. Tak peduli lagi dengan rasa malu lagipula semua sudah terjadi. Yang dia inginkan hanya ada di pelukan Bintang.

"Ayo makan!"

***

Pulang dari rumah sakit Bintang tak lantas pergi, dia sudah menunda jadwalnya untuk beberapa saat. Dia ingin menikmati kebersamaan dengan Kalea. Memeluk Kalea yang duduk di sofa panjang dan bersandar di dadanya sambil menonton TV.

"Kamu nggak kerja?"

"Masih ada waktu 30 menit."

"Kamu ada meeting, kan?" Kalea menoleh ke samping atas.

Bintang mengecup pipi Kalea. "Diamlah, aku sedang memelukmu. Jangan membahas pekerjaan." Bintang mengeratkan pelukannya.

Kalea menyandarkan kepala menikmati kehangatan pelukan Bintang. Rasa sakit dan kecewanya melebur karena cinta. Cinta buta memang menyenangkan meski sakitnya pun sepadan jika kehilangan.

"Kita berhasil," ucap Bintang dengan suara yang menggoda.

"Berhasil apanya?"

"Pemasok yang kita datangi setuju bergabung lagi. Makasih untuk saranmu."

"Kupikir tadi ada yang menolak membahas pekerjaan," sindir Kalea.

"Sudah setengah jam." Kalea mengingatkan. Dia tahu ada meeting siang yang harus Bintang lakukan bersama para direktur.

Kalea dalam Dekapan BintangOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz