28

5.2K 690 25
                                    

Belum selesai ulah Bintang dengan buket bunga. Kali ini Bintang terang-terangan menemui Kalea di ruangan untuk mengajak makan siang. Apapun yang akan terjadi nanti dia akan selalu melindungi Kalea. Jadi dia tak memedulikan lagi gosip yang akan beredar. Entah gosip itu akan menyudutkan Kalea atau tidak.

Cukup dia terlalu merisaukan yang akan terjadi hingga dia melewatkan kesempatan bersama Kalea selamanya. Dia tak akan terlalu perhitungan lagi dengan apapun untuk kali ini. Biarlah semuanya mengalir seperti air.

Bintang tersenyum geli melihat ekspresi Kalea yang merengut melihatnya di depan meja. Kalea pasti kesal padanya karena seisi ruangan kini melihat penasaran ke arah mereka.

"Masih lama?"

"Kenapa ke sini?" tanya Kalea setengah berbisik dengan nada geram.

"Karena kamu nggak membalas pesanku."

"Saya sibuk, Pak. Tidakkah Anda lihat?" Berkas berjejer di meja Kalea.

"Tapi bukan berarti melewatkan makan siang. Perusahaan nggak akan memecat karyawan yang makan siang."

Kalea mengambil napas dalam-dalam mengendalikan emosinya. Berdiri dan menarik Bintang keluar ruangan secepatnya. Sampai dia lupa untuk melepas tangan Bintang meski mereka sudah ada di dalam lift.

Bintang sendiri hanya mengulum senyum menikmatinya. Dia melirik beberapa karyawan di dalam lift yang mencuri-curi pandang dan menahan senyuman. Sementara Kalea masih belum menyadari.

"Kami duluan," ucap Bintang lalu melepas tangan Kalea di lengannya dan ganti menggenggam tangan Kalea.

Wajah Kalea memerah malu menyadari kebodohannya. Bagaimana bisa sejak tadi terus memegang lengan Bintang? Ingin melepas genggaman Bintang tapi pria tinggi di sebelahnya menggenggamnya sangat erat.

"Kenapa?"

"Lepas!" bisik Kalea.

"Kamu lebih suka gandeng aku dari pada aku genggam?" Ledek Bintang lalu mengangkat genggamannya.

"Orang-orang akan bergosip."

"Baguslah. Jadi mereka tahu kamu itu milikku bukan Owen," bisik Bintang.

"Astagah, Bintang."

"Kenapa lagi?"

Kalea frustasi dengan ulah Bintang. Bagaimana caranya menata hati jika Bintang agresif seperti ini? Haruskah dia berterus terang?

"Kita nggak boleh begini," ucap Kalea saat Bintang membukakan pintu mobil untuknya.

"Kenapa? Apa karena kata-kata mama? Kalau karena itu kamu tenang saja. Nggak ada yang bisa melarangku jatuh cinta."

"Kamu sudah tahu?"

"Tentu. Jadi seharusnya nggak ada lagi yang menghalangi perasaan kita. Kecuali kamu memang menyukai adikku." Bintang memaksa Kalea masuk ke dalam mobil.

"Sembarangan."

"Baguslah. Aku tahu kamu hanya menyukaiku," bisik Bintang seraya memakaikan sabuk pengaman.

Kalea diam di dalam mobil. Rasanya canggung dan bingung. Bagaimanapun dia dan Bintang memiliki jarak sosial.

"Kenapa diam? Masih memikirkan perkataan mama? Dia hanya menyayangi kami jadi mengatakan hal yang menyakitimu. Maafkan mamaku."

"Sama sekali nggak." Sharena memang tak mengatakan yang hal menyakitinya hanya memintanya menjauhi Bintang demi keutuhan keluarga.

"Apa mama mengatakan hal yang menyinggungmu?"

Kalea dalam Dekapan BintangWhere stories live. Discover now