Judul lagu mulmed : Hidden Citizens - I Ran.
🌠🌠🌠🌠🌠🌠
Setelah sambutan 'hangat' dari para Black Enchanters, Claud membawaku dan Sybill untuk bertemu Melisa. Lokasinya di lantai dua, sisi kiri mansion. Dia meminta kami menunggu di sebuah ruangan mirip perpustakaan namun minus belum di isi buku, hanya ada banyak rak kayu berbahan oak. Karpet merah berbahan beludru terbentang di sepanjang lantai berubin keramik hitam. Meja panjang besar di satu sudut, sofa melingkar warna tosca di sebrang nya. Segala hal mengenai tempat ini terkesan antik sekaligus penuh sejarah.
Tak beberapa lama kemudian pintu membuka dari luar, aku dan Sybill sontak berdiri. Melisa dibawa masuk oleh seorang laki-laki berpakaian seperti pelayan, bertubuh kurus, namun memiliki sorot mata mengancam serta dingin.
Melisa awalnya tak suka karena dia setengah digeret paksa, akan tetap ekspresinya segera berubah begitu matanya bertemu denganku serta Sybill.
"Oh tidak...tidak.." satu tangan menutup mulutnya. "Kalian gila. Terutama kamu" menatap Sybill.
Melisa terlihat shock tapi senang dan ada sedikit takut. Tubuhnya gemetar, baju yang dikenakannya masih sama persis saat pesta dansa kemarin. Aku melihat masih ada sisa make-up menempel di wajahnya.
Namun selain bekas riasan, aku tak mendapati adanya tanda-tanda kekerasan lain pada dirinya. Dan itu cukup melegakan .
Sybill jadi orang pertama yang bergerak. Memeluk erat sahabatnya. Melisa membeku. Menatapku seakan bertanya apa semua ini benar. Aku mengangguk. Memberitahu kalau Sybill terlah mengetahui segalanya.
Kemudian aku ikut ke dalam reuni kecil ini. Kami bertiga berpelukan. Sybill menahan diri agar tidak terisak.
"Well...well...sungguh persahabatan yang mengharukan" Claud muncul dan mengacaukan momen ini.
"Ngomong-ngomong sweet heart, temanmu ini mengamuk dan melempar semua yang ku kirim untuknya baik makanan atau pakaian. Jadi jangan salahkan aku kalau kondisinya menyedihkan. Aku sudah berusaha menjadi tuan rumah yang baik dalam menjamu tamunya".
Aku bergerak maju, siap adu mulut, namun seseorang menahan lenganku dan itu justru Melisa.
Melisa menggelengkan kepalanya, berbisik lirih. "Jangan habiskan energi mu untuk ini. Dia sengaja membuatmu jengkel" gadis itu mengingatkan.
Menarik nafas, satu tanganku terkepal di samping badan. Temanku benar, aku harus bisa menahan diri.
"Baiklah, sesuai kesepakatan. Kedua temanmu akan kubiarkan pergi. Dengan selamat tanpa terluka" Claud bicara tepat pada intinya. "Tapi kamu harus tetap di sini sampai....yah kamu tahu kan perjanjian kita".
Sybill mendelik, Melisa menggenggam kelewat erat tanganku.
Aku menatap mereka bergantian. Sybill memakiku melalui tatapan matanya, dan aku berusaha menenangkan mereka satu persatu.
"Jangan cemas, aku akan baik-baik saja, kalian tahu aku seperti bukan?".
"Aku tidak tahu" Sybill bersikeras.
"Jangan bersikap begini, kalau tidak sia-sia usaha kita untuk menolong Melisa dan datang kemari" aku mengingatkan Sybill bahwa kami ada rencana lain untuk dijalankan.
Sybill menelan saliva bahunya melorot. Melisa menarik nafas panjang. "Ini gila. Kamu salah".
"Benar. Tapi jauh lebih baik dari pada berpangku tangan dan membiarkan hal buruk menimpa orang yang ku pedulikan. Tidak lagi".
Lantas aku memeluk Melisa. Dia tampak membeku saat aku melakukannya.
"Pergilah. Jaga Sybill" bisik ku pada Melisa. Ketika melepaskan dirinya.
Sybill sudah berkaca-kaca, namun berusaha tidak terlihat cengeng.
Kemudian aku berbalik, menghadap Claud. "Pastikan kamu memenuhi janjimu".
Claud menyeringai. "Aku mungkin licik, tapi tidak picik".
Memutar tubuh, bicara pada anak buahnya. "Antarkan kedua nona ini" menunjuk Sybill dan Melisa "....hingga pintu gerbang depan. Dan jangan ada yang coba menyakiti mereka. Kamu paham Coleman".Pelayan bernama Coleman itu terlihat tak suka atas perintah atasannya. Meski begitu dirinya tetap mengangguk patuh pada tuannya.
Melisa dan Sybill sempat menoleh padaku sekali, aku mencoba bersikap tegar serta melemparkan senyum menenangkan untuk mereka.
"Jadi, apa yang harus kulakukan sekarang?" tanyaku kataku pada Claud. Mencoba menutupi rasa takutku.
"Kamu akan tetap berada disini hingga waktunya tiba, sweet heart" netra nya menyapu pandang ke seluruh penjuru ruangan.
"Semua kebutuhanmu akan disiapkan. Nyamankan dirimu" Claud berjalan menuju ambang pintu. Dia memutar leher untuk bicara lagi padaku. "Oh, dan jangan melakukan hal bodoh sayang. Kamu tak mau kalau warna sayap kekasihmu berubah menjadi seperti darah kan?" tersenyum jahat padaku.
Dia berjalan keluar. Pintu di tutup dan dikunci. Spontan aku langsung memaki.
Bagaimanapun caranya. Aku harus bisa bertahan malam ini.
🌠🌠🌠🌠🌠🌠🌠🌠
![](https://img.wattpad.com/cover/277260413-288-k143248.jpg)
YOU ARE READING
[COMPLETED] Nefertiti Trilogy (Book #01 : Midnight Sun).
FantasyMoira Lexxus telah menjadi seorang yatim piatu sejak berusia 6 tahun. Dan demi menyembunyikan identitasnya sebagai seorang Nefertiti, Moira terpaksa kembali ke kota Muine, kampung halaman ibunya. Tempat di mana dia akan mendapat perlindungan...