10. Pertandingan Persahabatan (Part B).

28 9 0
                                    

Aku bertemu Melisa dan Sybill saat akan mau masuk ke kelas. Bersyukur sebab mereka tidak menanyakan keberadaan ku yang baru muncul di sekolah. Meski begitu aku berusaha tidak memandang Sybill, sebab sejak tadi dia melempari ku dengan pandangan 'mengapa-kamu-membolos-lagi'.
Untungnya mereka lebih suka membahas tentang kepergian ku semalam.

"Aku tidak percaya kamu kabur begitu saja. Apa benar kamu terkena serangan panik? Soal apa?" tanya Sybill blak-blak an. Seakan itu bukan masalah besar.

"Aaron menghubungi Dhammir dan kami mendengarnya. Dia bilang, dia dan Jean menemukanmu tersesat dalam perjalanan menuju ke arah perumahan atas. Tempat tinggal mereka" Melisa buru-buru menyahut. Dari sorot matanya aku tahu dia mencoba membantuku alih-alih juga ikut mencari tahu.

"Sejujurnya aku tidak terlalu menyukai keramaian dan kemarin kondisi fisikku kurang bagus. Sekali lagi aku minta maaf " dusta ku. Menghela nafas berat dan melemparkan tatapan bersalah pada Sybill serta Melisa secara bergantian. Terutama Sybill.

Dari sudut mata aku bisa melihat Melisa membuang muka serta berusaha menahan tawa. Dia tahu kalau aku sedang berakting. Meski tak sepenuhnya ucapan ku adalah bohong.

Reaksi Sybill berikutnya sangat terduga. Dia merangkul pundak ku dari samping seraya berkata."Astaga Moira, harusnya lain kali kamu jujur saja kalau memang sedang sakit".

"Aku tidak mungkin melakukan itu, rasanya seperti menolak kebaikanmu" ujar ku. Memasang wajah paling-menyesal-seumur-hidup serta menggigit bibir bawah.

"Tidak boleh begitu, kalau kita mau berteman maka kamu harus jujur padaku" sedikit menekan bahuku memakai kedua tangannya. "Pada kami" dia menambahkan. Melirik Melisa di sebelah kanannya.

Hatiku mencelos.

"Baik, lain kali aku akan lebih jujur pada kalian" aku ingin segera menyelesaikan percakapan ini.

"Nah, sebagai gantinya, apa malam ini kamu bisa datang ke
pertandingan lacrosse? Dhammir sudah memberi tahu mu? Timnya akan bertanding dan kami akan tampil juga. Hitung-hitung sebagai bentuk dukungan" tanya Sybill dengan ekspresi penuh harap.

Oh......

Aku melirik Melisa dan Sybill bergantian. Melisa seakan mau berkata melalui kedua matanya agar aku tak perlu memaksakan diri. Tapi pada akhirnya aku menganggukkan kepala sambil berucap.

"Tentu saja. Kondisiku sudah lebih baik setelah semalaman beristirahat" aku berbohong. Lagi.

"Bagus. Datanglah sebelum pukul tujuh malam. Kamu bisa masuk ke ruang ganti kami, akan kuberikan akses" Sybill mengedipkan satu mata.

Aku lupa kalau dia adalah kapten tim pemandu sorak sekaligus 'ratu lebah' di tempat ini.

Menelan saliva, aku mengangguk lagi. Sekarang aku punya alasan untuk bisa datang tanpa harus merasa sungkan pada Dhammir.

Bel berdering, Sybill memberitahu kalau dia harus menghadiri rapat komite dulu sebelum masuk ke kelas berikutnya. Melepaskan tangannya dariku, dia berlari meninggalkan kami sambil berkata untuk terakhir kalinya padaku.

"Nanti malam, oke. Jangan terlambat" tukasnya sambil tersenyum lebar. Lantas membalikkan tubuh dan bergerak seringan kupu-kupu.

Melisa mendekatiku sambil menyadarkan kumpulan catatan kelas sastra miliknya.

"Terima kasih, kamu yang terbaik" kataku sungguh-sungguh. 

Melisa terkekeh. Lantas berbisik di dekat telingaku.

" Lain kali, lebih berhati-hati lagi kalau ingin berkontak fisik dengan pacarmu di dalam area sekolah. Terlebih kalau dia seorang pengajar".

Deg!.

[COMPLETED] Nefertiti Trilogy (Book #01 : Midnight Sun). Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon