22. Kandang Ular (B).

15 4 0
                                    

"Selamat datang Moira".

Sambut Claud ramah saat kami tiba di depan kediamannya. Dia terlihat menawan dalam setelan mahal abu-abu.

"Dan membawa teman rupanya" kata Claud tertarik, menaikkan satu alis.

"Tak ada larangan untuk membawa teman bukan" jawabku. Melemparkan senyum palsu.

"Tentu saja. Temanmu adalah temanku juga"  pria itu lantas melakukan sesuatu. Mencium punggung tangan kanan Sybill.

Sontak aku dan Sybill saling pandang. Memutar bola mata dalam rongga melihat kelakuannya.

"Mari masuk. Kebetulan semua 'teman-temanku' juga sudah
menunggu dari tadi" memberikan penekanan penuh arti.

Dia berjalan lebih dulu. Sementara Sybill yang berada di sampingku, kulihat tangannya bergerak tenang menekan tombol kamera pengintai anting-anting miliknya.

"Ini indah. Tapi sayang terkesan sangat dingin" ujar Sybill 

Di luar dugaan ku, dia tampak begitu tenang menghadapi situasi ini.

Jean benar, kami semua salah menilai sosoknya. Tanpa bermaksud merendahkan Sybill.

Claud menyeringai. Jika saja tak mengingat identitasnya, aku berani bersumpah bisa terpikat pada pesonanya. Dia jauh berbeda dengan Aaron. Menarik sekaligus menakutkan. Seksi tapi mengerikan. Entahlah...

"Terima kasih. Apa menurutmu yang kira-kira kurang?" tanya Claud.

Sybill dengan berani menyamakan langkahnya dengan Claud. "Terlalu banyak pajangan tapi tanpa makna. Rasanya anda suka lukisan, letakkan sesuai selera anda di beberapa bagian. Juga...."

Langkahnya terhenti. Begitu juga denganku. Mata kami sama-sama tertuju ke arah sebuah lukisan seorang perempuan. Aku memincingkan netra, butuh waktu untuk mencerna siapa sosok di dalam bingkai berpigura perak itu sebab rasanya tidak asing.

"Sebaiknya carilah pasangan" kata Sybill. Menatap kosong ke arah lukisan.

Aku termangu. Menoleh ke depan. Berani bersumpah sempat melihat air muka Claud berubah menjadi....sedih? Kesal? Apapun itu. Hanya sedetik.

Pria itu berdeham. Lalu kembali berjalan. Sehingga kami segera mengekori langkahnya.

Astaga. Apa itu tadi?.

"Aku tak menyangka Moira memiliki teman semenarik dirimu" Claud sengaja mengalihkan pembicaraan.

"Aku bukan tipe teman yang bisa dilupakan dengan mudah, Tuan Cullivan" bisik Sybill, diikuti senyuman menggoda. Di samping Claud.

Jelas sekarang Sybill mendapat perhatian penuh dari pria arsitokrat itu. Jantungku berdegup lebih kencang. Aku berharap agar Sybill tahu apa yang sedang dia lakukan dan hadapi.

Claud membawa kami menyusuri lorong satu arah yang memajang banyak koleksi pribadi bersejarahnya. Tempat itu berujung pada pintu besar bergagang terbuat dari emas murni.

Aku tak terlalu heran melihat semua kemewahan ini, fakta bahwa para Cullivan dan kaumnya bisa hidup ribuan tahun untuk mengumpulkan seluruh kekayaan di muka bumi.

Claud membuka pintu itu.

" Selamat datang di pesta yang sesungguhnya" katanya.

Dan dia memang tidak berbohong. Aku saja sampai dibuat ternganga.

Bukan kagum melihat kemewahan di dalam ruangan itu. Dikarenakan seluruh tamu undangan Claud ternyata memang para Black Enchanters.

Aku langsung tahu hanya dari udara pekat serta aura gelap yang menaungi tempat ini.

Melirik Sybill, berusaha tidak panik. Astaga, kami benar-benar masuk ke kandang monster.

Kulihat Sybill berusaha keras menenangkan dirinya, meski wajah gugupnya tak dapat ditutupi, serta bahunya mulai gemetaran.

Benar-benar kesalahan membiarkan Sybill ikut datang kemari!.

Aku memaki dalam hati.

Claud melenggang anggun ke tengah-tengah ruangan.

" Kawan-kawanku sekalian, seperjuangan. Bisakah aku meminta perhatian kalian sejenak".

Seketika atensi seluruh netra hanya tertuju kepada Claud. Seseorang mematikan pengeras suara, bunyi dentuman musik segera hilang. Keriuhan terhenti.

"Terima kasih" Claud mengulum senyum. "Aku hanya ingin memberi tahu, kalau tamu istimewa kita sudah datang. Siapa lagi kalau bukan, Nona
Moira Lexxus. Si Nefertiti".

Kini dengan jelas menunjuk ke arahku berdiri. Membuat semua atensi teralih hanya untukku.

Lalu sesosok shape shifter yang kuduga jelmaan lycan berambut gondrong, bertubuh kekar dengan bekas luka di wajah bagian kanannya bertepuk tangan keras untukku. Hanya beberapa detik hingga gemuruh tepuk tangan terdengar. Dibarengi  kikikan tawa aneh para Black Wickan.

"Apakah dia makan malam kita?" Tanya seorang pria tua mabuk bertubuh kurus, botak, bertampang mesum maju.

Melalui auranya aku langsung mengenalinya sebagai seorang were-bat.

Pria itu berusaha menyetuhku namun secara refleks kakiku meninju perut kanannya hingga dia terlempar ke samping.

Segera saja ruangan berubah menjadi ricuh. Beberapa pria bertubuh tinggi tegap dengan pakaian kebesaran Black Enchanters maju ke arahku.

Aku menarik Sybill agar berdiri di belakangku, sementara tubuhku refleks menyiapkan kuda-kuda. 

Akan tetapi Claud muncul di antara kami. Memberi isyarat pada para penjaga untuk mundur, mereka dengan patuh menurutinya.

"Tunjukkan rasa hormat kalian pada Nona ini, dia tamu spesial kita!" geram Claud. Dia terlihat benar-benar marah.

Para Black Enchanters segera menundukkan kepala patuh, tampak takut padanya. Membuktikan tentang posisinya dalam kelompoknya ini.

"Lagi pula Nona Moira adalah orang penting untuk acara utama kita malam ini" memutar badan dramatis. Dia menyunggingkan senyum simpul dan menatapku licik. "Dialah tokoh utama untuk ritual penyempurnaan kita nanti malam. Saat gerhana gerhana matahari tengah malam tiba".

Aku benar-benar tidak bisa mempercayai pria ini.

🌠🌠🌠🌠

[COMPLETED] Nefertiti Trilogy (Book #01 : Midnight Sun). Where stories live. Discover now