09. Pertandingan Persahabatan (Part A).

21 8 0
                                    

   Rasanya aku seperti melayang, baik secara harafiah maupun alegoris. Penutup yang indah dari adegan romantis ciuman Arkin adalah, aku menerima ajakannya untuk berkencan. Kemudian kami turun dari tebing dan kembali ke sekolah.

    Arkin bertanya padaku apa dia nyaman jika harus membuka hubungan kami ke publik? Dan aku bertanya apa tidak akan berefek sebagai posisinya seorang Guru. Jadi kami memutuskan untuk tetap diam sementara selama berada di lingkungan sekolah.

   Lalu dia membahas soal penyerangan semalam. Memberitahuku kalau Black Enchanters adalah dalang dibalik semua itu. Aku bisa menangkap nada cemas dalam suaranya. Dia jelas-jelas khawatir karena menurutnya, para mahluk tersebut mulai mengejar ku hingga ke sini meski belum mengetahui lokasi ku secara tepat.

    Atau? Sudah tahu namun tak bisa menyerang secara terbuka karena satu dan banyak hal. Salah satunya, mantra pelindung tanah air yang mengelilingiku di tempat ini. Sihir Clockwood lebih kuat di kota Muine, katanya terpancang nyaris di seluruh penjuru walau leluhurku sudah meninggal semua. Namun di tempat inilah mereka lahir, membentuk dan membangun semuanya. Itu sebabnya aku lebih terlindungi selama berada di kota Muine.

    Kini aku semakin memahami alasan ngototnya Belinda 'melemparkanku' ke tempat ini alih-alih membawaku ikut bersamanya ke London. Sebab tak ada jaminan, di sana aku benar-benar terlindung.

    "Selalu ada mata-mata dan bahaya bahkan di tempat paling aman atau kokoh sekalipun".

     Ucapan Belinda mendadak bergema dalam kepalaku.

     Arkin memberi wejangan padaku, agar hingga masa 'pemenuhan' aku harus ekstra berhati-hati. Arkin dan yang lain mencurigai adanya mata-mata di dalam kota ini. Berkeliaran, mengawasi serta membocorkan segala sesuatunya pada Black  Enchanters

    "Kalau tidak ada mata-mata, bagaimana bisa secara  kebetulan ada chimera lolos, berkeliaran, serta menyerangmu  saat kamu tengah seorang diri semalam? Berada di dalam hutan pula" kata Arkin dari depan setir kemudi motor.

    Tanpa sadar aku menurunkan pandangan, menatap bandul  berbentuk bintang yang berkilau bagai emas melingkari leherku.   Lantas segera teringat, kalau bandul ajaib warisan dari keluarga Clockwood ini sempat  menyala, berwarna hitam pekat, dan terasa panas.

    Belinda pernah berkata kalau kalung ini sesungguhnya seperti alarm tanda bahaya. Akan memberitahumu jika ada masalah mendekatimu. Perubahan warna pada bandul adalah kuncinya.

    Bandulnya akan terasa dingin  serta berwarna merah bila kamu tengah ketakutan. Kuning  hangat jika pemakainya bahagia. Terakhir bila menjadi panas serta berubah hitam, artinya akan ada bahaya menghadang. Sebuah kuasa gelap kata bibiku.

    Jemariku kini menyentuh bandulnya erat-erat. Sekarang  warnanya berkilau keemasan.

   "Nanti jika sempat, hubungi Bibimu. Sepertinya beliau sudah tahu apa yang terjadi, dan tidak berhenti menelpon Ibuku sejak pagi" tambah Arkin.
            Belinda-yang-tahu-nyaris-segalanya. Tentu saja. Dia memiliki kemampuan prekognisi hanya saja datangnya suka terlambat. Sebab jika tidak, dia pasti akan memperingatkan ku untuk tidak datang ke pesta Sybill.

    Akan tetapi, segala hal terjadi dengan sebuah alasan yang mengikutinya bukan. Jika kejadian semalam tak terjadi maka kecil kemungkinan aku mengetahui segala rahasia soal keluarga Arkin dan Holy Knight ini. 

    Tanpa sadar aku mengetatkan pelukan di sekitar perutnya saat akhirnya berkata sambil melawan arus angin. "Aku mungkin terlambat mengucapkannya, tapi. Terima kasih banyak. Arkin. Atas semuanya. Untuk keluargamu juga, dan Jean, juga kepada Aaron".

     Sepertinya dia tengah tersenyum di balik helmnya. "Moira, memang sudah seharusnya. Bedanya mereka melakukan itu karena memang sudah menjadi tugas mereka. Tapi aku memiliki niatan lain".

    Aku dapat membayangkan dia menyeringai dari balik helm. Dan aku tertawa lirih.

     "Ngomong-ngomong, nanti malam ada pertandingan lacrosse antar sekolah. Apa kamu bisa datang. Itu juga kalau tidak sibuk"  Arkin  mengubah  topik.

    Aku termenung sesaat. "Dhammir anggota tim bukan?" tanyaku. Menatap kosong ke arah jalanan melalui bahu Arkin.

    "Kalau kamu tidak merasa nyaman....".

     "Tentu saja, aku akan datang. Selain untuk mendukung sekolahku, pastinya karena pacarku yang mengajak berkencan" jawabku. Dengan suara sedikit dibuat riang.

    Arkin menoleh sekilas untuk memandangiku. Dia jelas-jelas nyengir lebar.

    "Baguslah, ku tunggu  nanti  malam. Pertandingannya sekitar pukul tujuh. Pakai baju hangat  dan celana panjang. Tapi masalahnya aku tak bisa menjemputmu karena harus datang lebih dulu ke lapangan" suaranya terdengar seakan takut membuatku kecewa.

    "Tenang saja, aku akan menemukan cara untuk bisa sampai ke sekolah" jawabku. Meringis.

     Kami tertawa lagi bersama-sama.
  
     Tanpa sadar kami sudah mencapai halaman sekolah, namun bukan gerbang depan. Arkin sengaja menurunkanku di pekarangan belakang. Pintu pagarnya rupanya membuka separuh.

    "Sana masuklah. Dan maaf sudah membuatmu harus 'absen' lagi" celetuknya sambil membuka kaca helm ketika aku turun dari motornya.

    "Kamu benar-benar pengaruh yang buruk ya. Tuan Aukai" jawabku sambil mengedipkan satu mata. Mulai berani menggodanya.

     "Aku harus pergi ke suatu tempat dulu karena kelasku masih jam sebelas. Jadi, segera masuk tanpa aku. Oke. Dan jangan membolos lagi" memberiku tatapan pura-pura mengancam.

    "Baiklah Kapten, aku paham" celetukku.

    Kemudian, aku melakukan perintahnya. Berjalan lebih dulu menyeberangi halaman depan. Setibanya di lorong penghubung antara gedung belakang serta utama, aku baru membalikkan badan sesaat untuk melihatnya. Dan melihat bayangan motornya bergerak semakin menjauh melewati gerbang belakang.

    Kedua tanganku memegang erat tali tas ransel, tanpa bisa menahan diri, kedua sudut bibirku tertarik membentuk senyuman lebar.

    Sesudahnya memutar tubuh lalu melangkah riang memasuki gedung.

    Aku merasa bagai ulat yang sudah bermetamorfosis menjadi kupu-kupu tercantik yang bisa menguasai seluruh bunga di dunia ini.

     Akhirnya setelah sekian lama, untuk kali pertama aku benar-benar bisa merasa gembira juga bahagia dalam artian sebenarnya. Tanpa ada beban menggantung di kedua bahuku.

🌆🌆🌆🌆🌆

Judul lagu mulmed : The Script for the First Time.

[COMPLETED] Nefertiti Trilogy (Book #01 : Midnight Sun). Where stories live. Discover now