10. •Bella•

71.1K 7.6K 231
                                    

Disekolah, Jasmine turun dari mobil yang dikendarai Pak Cecep. Jaraknya dari gerbang cukup jauh, tapi tidak mengapa, diberi tumpangan saja sudah cukup untuknya. Lagipula jalan pagi juga sudah menjadi kebiasaan baginya. Itung-itung untuk membuat dirinya sehat, juga janinnya.

Saat berjalan, dengan tidak sopannya sebuah mobil dengan kecepatan penuh lewat disampingnya, membuatnya ingin terjatuh dan limbung.

Namun seseorang menangkap tubuhnya sehingga ia tidak jatuh seperti dugaannya. Jasmine dengan gerakan cepat melepaskan dirinya dari tangan laki-laki itu.

“Maaf.” Ucap Jasmine melihat wajah laki-laki itu walau tidak lama, karena ia menunduk lagi.

“Nggak papa. Lo Jasmine ya?” Perempuan itu mengangguk.

“Gue Vero, ketua OSIS.” Katanya memperkenalkan diri, lalu mengulurkan tangannya.

“Aku Jasmine,” Perempuan itu menangkupkan kedua tangannya, dan itu membuat Vero tersenyum malu. Vero kembali menarik uluran tangannya dan mengejar Jasmine yang berbalik untuk menuju sekolah.

“Lo anak beasiswa itu kan?” Tanyanya yang mulai berjalan disamping Jasmine.

“Iya.” Jawab Jasmine masih menunduk.

“Gue kebetulan udah lama ngeliat lo, apalagi lo sering ikut event yang anak OSIS buat. Pas itu, kalau nggak salah lo juga ikut debat bahasa Indonesia nggak sih? Gue masih inget, padahal udah setahun yang lalu.” Tuturnya bercerita panjang lebar.

Aleo yang tak sengaja melihatnya hanya menghedikkan bahu acuh. Ia memang sedikit telat dari Jasmine, karena ia baru saja mengunjungi kantor ayahnya.

Tidak peduli dengan apa yang dilakukan Jasmine, selama itu tidak merusak nama baiknya saja.

×××××××

“Jas, mau makan di kantin nggak?” tawarnya yang digelengi Jasmine.

“Yah, mau ya? Bokap gue ulang tahun kemarin, gue dikasih uang lebih, katanya buat traktir lo, mau ya? Pliss.” Paksanya sembari memohon.

“Yaudah deh, tapi habis ini aku mau lanjut belajar lagi buat ulangan, kemarin aku nggak sempet belajar.” Viona tersenyum, lalu bangun dan menarik tangan Jasmine.

“Iya deh. Btw, kok lo nggak belajar? Biasanya juga lo sering belajar malem-malem.” Tanya Viona membuat Jasmine membungkam mulut. Jelas dia tidak belajar, Aleo menyuruhnya untuk tidur dan tidak memperbolehkan belajar lagi kemarin.

“Nggak papa, cuman nggak pengen aja.” Ucapnya berbohong.

Mereka berjalan di koridor sekolah dengan Jasmine yang setia membawa buku catatannya.

“Duduk dimana ya? Penuh semua dah perasaan. Ini sekolah tampang doang kaya, tapi bangku kantinnya dikit amat. Bokap gue aja suruh donasiin, kesel amat.” Gerutunya melihat kantin yang membeludak ramai, padahal biasanya sih tidak seramai ini.

“Sabar, kalau nggak ada, kita makan di kelas aja.” Ucap Jasmine memberi solusi.

“Woy gengnya Aleo datang tuh!”

“Bismillah, Aleo jodoh aku, Aamiin.”

“Duh, cakep bener. Emaknya pasti dulu makannya kalo nggak berlian pasti mutiara nih. Glowing abiss.”

“Astagfirullah. Kalau gue jelek, artinya emak gue dulu makan kerikil dong?”

Sorak-sorak itu semakin ramai sejak kehadiran Aleo cs. Aleo, Lio, Viko, dan Zaki datang menambah keriuhan kantin. Memang ke-empat laki-laki itu selalu saja membuat orang yang menatapnya menjadi heboh.

Jasmine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang