"Abisnya lo ngelamun mulu sih."
"Ya, lo tuh abisnya lama banget. Pamitnya top up saldo game taunya malah belanja cemilan."
"Ya, sekalian aja mumpung udah di sini. Sambil menyelam minum air," kilah cowok bertopi hitam itu.
Beruntung. Minimarket sore ini sedsng sepi. Jadi, tidak ada yang melihat perdebatan dua sepupu itu juga Gista yang masih nangkring di atas kap mobil.
"Udah! Buruan bukain pintunya. Gue mau pulang. Gerah banget gue. Mau mandi," titah Gista melompat turun dari kap mobil.
Ganes medengus. "Harusnya lo tuh bantuin gue bawa belanjaan. Biar gue bukain pintunya. Bukan malah berdiri kayak mandor di situ," omel Ganes melihat Gista yang hanya berdiri di samping kiri mobil dengan kedua tangannya yang dilipat di depan dada.
"Ribet banget sih tinggal taruh di kap mobil gitu aja." Gista berdecak. Namun, tetap memutari mobil. Menghampiri Ganes dan membawakan belanjaan cemilan untuk persediaan mereka di rumah.
Setelah pintu terbuka. Ganes mengambil alih barang belanjaannya. Meletakkannya di jok belakang. Membuka pintu depan. Ia mengurungkan niatnya untuk masuk menyadari sepupu ganasnya itu masih berdiri di samping mobil.
"Woi! Ngapain lo diem di situ. Buruan masuk! Katanya pengin cepet pulang."
Gista tidak menjawab. Dia malah menarik tubuh Ganes yang setengahnya telah memasuki mobil membuat cowok yang mengenakan topi hitam itu memprotesnya dengan tatapan sebal.
Sebelum Ganes mengeluarkan omelannya. Gista telah lebih dulu menarik kepala Ganes dan menghadapkannya ke depan sebuah toko buku yang tepat berada di seberang minimarket.
Ganes terbelalak. Jantungnya mendadak berpacu melebihi batas normal.
"Rania," gumamnya mendapati sosok perempuan berambut hitam panjang bergelombang dengan setelan dress lengan panjang selutut berwarna merah muda tengah berdiri di seberang jalan sambil mendekap sebuah buku.
Perempuan itu berdiri sambil menatap ke arah jalan raya seolah tengah menanti taksi atau ojek lewat.
Semenjak gadis itu memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Ganes. Gadis itu sama sekali tidak pernah menghubungi Ganes lagi. Ketika tidak sengaja berpapasan di koridor sekolah pun Rania pasti akan menghindar. Seolah tidak mau bertemu lagi dengan sosok Ganes.
Gista mendesis pelan melihat Ganes hanya bengong saja sambil memandangi Rania. Merasa geram karena Ganes tidak berbuat apa-apa Gista menendang tulang kering cowok itu dengan keras.
Duk!
"Awssh!" Ganes terperanjat. Matanya melebar. Dia meringis kesakitan sambil memegangi kakinya yang barusan ditendang oleh Gista.
"Lo punya dendam apaan sih Gis ke gue?" tanya Ganes kesal.
Gista merotasikan kedua bola matanya.
"Lo ngapain nendang gue kayak gini?"
"Karena lo goblok!"
Mata Ganes makin melebar. "Heh! Lo ngatain gue?"
"Iya! Lo goblok, Ganes!" ujar Gista tepat di depan wajah Ganes.
"Udah tahu mantan lo lagi kebingungan nyari angkutan malah diliatin doang. Katanya masih cinta. Kalo cinta itu ya diperjuangin dong jangan cuman diliatin doang!"
Ganes hendak memprotes ucapan Gista yang mengatakan bahwa ia goblok. Tetapi, urung karena ia paham apa maksud sepupunya itu.
"Tapi, Rania, kan, udah mutusin gue. Dia juga nggak mau ketemu lagi sama gue," adu Ganes melas.
YOU ARE READING
GISTARA (END)
Teen FictionKejadian yang menimpa kakaknya membuat Gistara Arabhita membenci cowok. Dia menganggap semua cowok itu sama, yakni tiga B yang berarti belang, bejat, dan berbahaya. Akan tetapi, Gista yang membenci cowok terpaksa harus terus berurusan dengan Mangga...
Bab 18
Start from the beginning
