8. •Dia kembali•

Start from the beginning
                                    

"Apa itu Jasmine?" Tanya Roni dengan nada yang sangat amat dingin. Raut wajahnya sangat marah, bahkan rahangnya juga terlihat mengeras.

"Ka-kalian da-dapet i-ini dari mana?" Gagu Jasmine mengambil benda itu perlahan. Nafasnya seperti tercekat, dan tangannya juga bergetar hebat.

"Itu nggak penting! Sekarang, jawab ayah, apa itu Jasmine!!?" Tanya Roni penuh penekanan.

Jasmine terdiam dengan nafas tersengal-sengal, matanya ikut berkaca-kaca, sepertinya ini adalah akhir dari kehancurannya.

"Ja-Jasmine bi-bisa jelasin ayah,"

"JAWAB AYAH SEKARANG JASMINE!!" Teriak ayahnya membentak. Jasmine hanya bisa menangis, ia hampir limbung, hatinya bergetar cukup hebat. Bahkan dalam hidupnya sekalipun, Roni tidak pernah sekalipun membentaknya keras seperti ini. Jasmine takut, sangat takut.

"Maafin Jasmine ayah! Jasmine bener-bener minta maaf." Mohonnya sembari bersujud di kaki pria paruh baya itu.

Roni yang masih tidak percaya pun hanya menggeleng. "Kamu bohong kan Jasmine!? Jawab ayah! Kamu bohong kan!? Itu bukan punya kamu kan Jasmine!?" Cecar Roni yang masih belum bisa menerima itu semua.

Jasmine hanya menggeleng sembari menangis, dia tidak bisa jujur, mulutnya seakan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Jasmine tidak bisa melihat ayahnya kalau sudah begini.

Tiba-tiba jantung Roni terasa melemah dan ingin berhenti berdetak, nafasnya memburu, ia meraup banyak oksigen, dadanya sesak, sangat sesak.

Melihatnya, Zera dan Bella datang untuk segera menolong Roni yang memang mempunyai riwayat penyakit jantung.

"Bella bawa ayah kamu masuk kedalam, biar ibu yang urus anak tidak tahu diuntung ini." Perintahnya pada Bella dan segera gadis itu turuti.

Bella mendekati Jasmine yang menangis di kaki sang ayah. Dia berjongkok dan berbisik di telinga perempuan itu.

"Gue nemuin barang itu di kamar mandi punya lo. Makanya, Jas, kalau main pake pengaman." Bisiknya dengan tersenyum, ia lantas beranjak dan membawa Roni, sesuai perintah dari Zera.

"Dasar anak tidak tahu di untung! Pergi kamu dari sini dan jangan pernah balik lagi! Kamu itu cuman jadi beban saja! Pergi!" Zera menarik tangan Jasmine, ia menyeret perempuan malang itu untuk keluar dari rumahnya.

Jasmine bungkam, khawatir dengan kondisi ayahnya, namun apalah daya, ia tidak bisa melawan perintah ibu tirinya itu, yang sekarang sedang menyeretnya keluar.

"Buk, Jasmine mau lihat keadaan ayah," mohon Jasmine namun...

Brakk!

Pintu itu ditutup kencang. Rintik kembali membasahi tubuh Jasmine. Seakan dunianya hancur, tidak ada yang menginginkannya, juga mengharapkan kehadirannya.

Dia menangis histeris sembari terduduk di atas tanah becek itu. Tidak peduli tentang pakaiannya ataupun dingin yang tidak bersahabat lagi. Jasmine menangis kencang, ia menutup wajahnya dengan telapak tangan.

Satu hal yang sekarang ia khawatirkan, yakni Roni, juga kemarahan pria itu.

Pintu itu kembali dibuka, Zera datang kembali dengan membawa dua tas besar ditangannya. Ia melempar tas itu dengan kasar sampai-sampai terkena lumpur didekatnya, jelas lumpur itu langsung terciprat ke bajunya yang sudah basah.

"Pergi dari sini! Dan jangan pernah balik!" Usirnya lalu kembali menutup pintu dengan keras.

Tak mempunya pilihan lain, Jasmine memilih berjalan keluar dari pekarangan rumahnya. Rintik hujan terus membasahi pakaiannya. Dingin menyeruak membuatnya tambah lemah, serta matanya yang bengkak tak berhenti mengeluarkan butiran air kristal itu.

"Aku harus kemana sekarang?" tanya Jasmine dalam benaknya seakan meminta pertolongan, dia tidak mempunyai siapapun untuk dimintai tolong. Bahkan keluarganya yang ia miliki tidak menginginkan kehadirannya sekarang.

Jasmine duduk di tepi jembatan yang sepi, jembatan yang letaknya memang tak jauh dari rumahnya.

Jasmine merasa tidak pernah berbuat hal yang salah, ia juga selalu mencoba berbuat baik terhadap orang lain, tapi kenapa hidupnya malah jadi hancur lebur begini?

Tiba-tiba bayangan seseorang muncul, rintik hujan deras itu tak lagi membasahi pakaiannya yang sudah sangat basah. Ia mendongak, menatap payung hitam yang melindungi dirinya.

Perempuan itu menatap manik mata yang sama kembali, wajah datar yang seakan merasa pedih melihatnya. Jasmine menatap Aleo lama.

Laki-laki itu mengulurkan tangannya, namun Jasmine malah diam tanpa bergeming atau mau menerima sodoran tangan itu sedikitpun.

"Gue tau gue salah. Maka dari itu gue bakalan bertanggungjawab, ayo, lo harus ikut gue." Ajaknya dengan nada datar, namun ditelinga Jasmine nada Aleo kali ini terdengar lebih lembut.

"Untuk apa kamu datang lagi? Belum puas kamu hancurin hidup aku?" Lirihnya memeluk tubuhnya yang mulai menggigil.

Aleo berjongkok, ia membawa payung itu lebih dekat, untuk menghindari hujan dari tubuh Jasmine.

"Lo mau anak kita sakit? Lo harus ikut gue, pulang kerumah gue."

×××××××××

Vote dan komen dulu ya guys!

Jasmine Where stories live. Discover now