58. Our Kid

24.7K 3.5K 307
                                    

Adelaide menatap kosong sebuah pedesaan tak terurus yang sedang dilewatinya. Dari balik jendela kereta kerajaan itu, Adelaide tak dapat menemukan secercah kebahagiaan di dalam desa itu, desa itu jauh dari apa yang selama ini diceritakan oleh pelayan ibunya padanya dan Adelaide tau pasti apa penyebab desa itu kehilangan warnanya.

Sejak pertengkaran yang dilakukan oleh Adelaide dan Alexander beberapa jam yang lalu, kini, pasangan suami istri itu sama – sama membungkam mulutnya, bahkan ketika mereka berpamitan tadi dengan Baron serta Baroness tanah Timur, Alexander tak sedetikpun menarik senyuman untuk pasangan renta itu.

Jika saat ini Adelaide sedang menatap kosong pedesaan yang sedang dilewati kereta kudanya, maka saat ini Alexander tengah menatap Adelaide dengan tatapan resah. Mulut pria itu rasanya sudah gatal ingin mengajak istrinya berbicara, rasanya, Alexander begitu bersalah ketika ia melihat raut wajah tak bersemangat milik istrinya. Istrinya tak pernah seperti ini, bahkan ketika usulannya ditolak para tua – tua kerajaan, istrinya itu masih bisa tersenyum lembut.

"Adelaide..."

Tiba – tiba, Alexander rasanya kehilangan kemampuannya untuk berbicara. Tepat setelah ia memanggil nama Adelaide, wanita itu langsung menolehkan wajahnya menghadap Alexander dengan tatapan kosong yang sangat dibenci Alexander.

"Ya?"

"Tidak jadi"

"Oh"

Adelaide kembali mengahlihkan pandangannya dari Alexander. Pria itu benar – benar berhasil merusak suasana hati Adelaide.

"Adelaide"

Sebuah kerutan halus menghiasi dahi mulus Adelaide ketika ia mendengar Alexander kembali memanggil namanya. Demi Tuhan, bahkan belum ada semenit pria itu memanggilnya tadi, kini pria itu kembali memanggil namanya?

"Ada apa, Your majesty?" tanya Adelaide sedikit kesal, namun wanita itu tetap menolehkan pandangannya menuju wajah Alexander

"Tidak apa – apa"

Adelaide mengetatkan rahangnya kuat – kuat ketika ia mendengar jawaban tak berguna yang baru saja dilontarkan oleh suaminya. Dengan perasaan dongkol yang begitu luar biasa, Adelaide kembali mengahlihkan pandangannya menuju ke desa kelahiran ibunya.

"Adela---

"Apa lagi, Alexander!?!" potong Adelaide tak sabaran sembari menatap nyalang Alexander

Alexander tersentak ketika ia mendengar ucapan Adelaide yang dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk ketikdaksopanan kepada Raja. Jika biasanya, Alexander akan menggurui istrinya itu, namun kini, entah kenapa Alexander malah merasa bahagia melihat istrinya yang bersikap lebih bebas bersama dengan dirinya.

"Apa kau marah padaku, Adelaide?" tanya Alexander sembari berusaha untuk menjaga kewibawaannya di depan Adelaide.

"Jika kau berpikir bahwa sebuah tamparan merupakan bentuk candaan, maka aku tidak marah padamu" ucap Adelaide sarkas pada Alexander sebelum wanita itu kembali memalingkan pandangannya menuju desa tempat Ibunya dilahirkan.

Alexander meringis kecil ketika ia mendengar ucapan sarkas itu, tiba – tiba, niat pria itu ingin berbaikan dengan Adelaide langsung menguap begitu saja. Dengan gerakan berat, Alexander ikut memalingkan sedikit pandangannya menuju ke sebuah desa yang sedari tadi ditatapi oleh istrinya.

Ck! Apa desa yang tak jelas statusnya itu lebih terlihat menakjubkan dibandingkan Alexander? Apa mata Adelaide sudah rusak--- Oh, tidak! Alexander, bagaimana bisa kau tak memikirkan hal itu?! Istrimu itu sangat menyukai sesuatu yang berbau dengan urusan kerajaan, ia pasti akan menyukai topik pembicaraanmu mengenai desa itu.

AdelaideWhere stories live. Discover now