52. Do You Love Him?

25.4K 3.3K 394
                                    

Selama memasuki kereta kuda, Alexander tak bisa melepaskan pandangannya dari sosok wanita cantik yang digadang – gadang sebagai titisan dewi di seluruh dataran Kerajaan Shinia, bahkan kerajaan lain pun mengaggumi kecantikannya. Ada sedikit rasa lega, bangga dan bahagia di dalam benak Alexander ketika ia menyadari bahwa wanita cantik itu adalah istrinya sendiri

Adelaide itu ibarat seorang dewi yang jatuh ke bumi untuk menyegarkan seluruh penghuni bumi. Dia cantik, tegas namun dalam balutan yang lembut, bertanggung jawab serta berwawasan luas, tipe wanita yang mungkin tak bisa ditemukan di dataran kerajaan manapun.

Andai saja sejak awal Alexander menyempatkan waktunya untuk membangun relasi yang intens dengan istrinya itu, pasti sekarang mereka sudah memiliki banyak putra – putri yang lucu dan menggemaskan. Namun sayang, wajah istrinya itu terlalu mirip dengan wanita yang pernah menghancurkan dunia Alexander.

Alexander rasanya ingin membunuh Adelaide ketika pria itu mengangkat tudung penutup wajah wanita itu di hari pernikahan mereka. Alexander takut, sungguh takut, dan ketakutannya itu terbukti dengan kejadian tak mengenakan yang telah terjadi diantara istrinya dan adiknya sendiri.

Jika saja Adelaide tak begitu cantik, jika saja Adelaide tak mendapatkan julukan wanita tercantik di Kerajaan Shinia, julukan yang pernah didapatkan oleh wanita yang telah menghancurkan dunia Alexander, mungkin semuanya akan mudah.

"Kita sudah sampai" ucap Adelaide sembari tersenyum ketika kereta kuda mereka berhenti tepat disebuah pedesaan yang terlihat tidak terlalu ramai

Entah kenapa, hati Alexander sedikit sakit ketika ia melihat Adelaide yang terlihat begitu santai dan bahagia ketika ia mengunjungi tanah yang akan diberikan Alexander kepada Rosabelle. Seharusnya, Alexander tak merasakan rasa sakit ini.

"Your majesty..." panggil Adelaide sedikit khawatir ketika ia melihat Alexander bergeming di tempatnya

Panggilan khawatir itu berhasil membuat Alexander tersentak dari pergulatan pikirannya. Di hadapannya ia bisa melihat raut khawatir tergambar dengan begitu jelas pada wajah istrinya

"Oh, iya. Mari turun" ucap Alexander sembari menipiskan senyumannya pada Adelaide

Dengan gerakan sedikit tergesa, Alexander turun terlebih dahulu dari kereta kuda itu. Sesaat setelah kedua kaki Alexander menapaki jalanan pedesaan itu, Alexander langsung mengulurkan tangan kekarnya untuk Adelaide. Bak seorang gentleman pada umumnya, Alexander membantu istrinya turun dari kereta kuda itu

"Terimakasih, Your majesty" gumam Adelaide sembari tersenyum ketika wanita itu meletakkan tangan lentiknya di atas telapak tangan kekar milik Alexander

Setelah turun dari kereta kuda itu, baik Alexander dan Adelaide langsung disambut oleh penduduk dari berbagai macam usia yang menempati desa kecil itu. Sebuah senyum bahagia menghiasi wajah mereka, penduduk desa itu pasti tak menyangka jika seorang Raja dan Ratu terbesar yang pernah tercatat di sejarah Kerajaan Shinia menginjakkan kaki mereka di atas tanah pedesaan yang kecil dan tak mudah dijangkau

Senyum bahagia yang tercetak di wajah penduduk desa itu mengundang Adelaide untuk menarik sebuah senyuman. Wanita itu bahkan melambaikan tangannya dengan gerakan anggun ketika kedua netra emeraldnya menatap anak – anak kecil yang terlihat menganggumi dirinya

"Salam hormat kepada Your majesty Alexander dan Your majesty Adelaide. Semoga Tuhan selalu memberikan keberkahan kepada Shinia"

Atensi Adelaide yang tadi tertuju pada penduduk desa itu, rakyat yang sangat dicintainya, langsung berahli menuju ke sumber suara yang baru saja menyebut namanya. Disana, Adelaide menemukan sepasang suami – istri yang terlihat memakai pakaian sedikit lebih mewah dan rapi daripada penduduk yang saat ini tengah berkumpul untuk melihat Adelaide dan Alexander.

AdelaideWhere stories live. Discover now