5. Sex with The Devil

52.4K 3.4K 225
                                    

Pipi Ratu Adelaide bersemu merah ketika ia membaca satu demi satu kalimat yang dirangkai dengan begitu apik dan indah pada buku yang baru saja didapatkannya dari pelayan pribadinya, Maida. Adelaide merasakan wajahnya begitu panas dan tiba – tiba saja, kamarnya yang biasanya dipenuhi hawa dingin kini berganti dengan hawa panas yang merasa menyesakkan.

Adelaide menyandarkan punggungnya yang dibalut dengan gaun polos simpel yang tetap elegan pada headboard tempat tidur megah yang selama 5 tahun ini sudah dipakainya.

Jantung Adelaide berdebar – debar keras ketika ia membaca kalimat – kalimat vulgar yang berada di buku itu. Sebenarnya, hati nurani Adelaide meminta wanita itu untuk menghentikan tindakan tak terpujinya ini, namun otak Adelaide seakan – akan memaksa Adelaide untuk tetap melanjutkan buku itu hingga ke halaman terakhirnya.

Adelaide menggigit bibir bawahnya saat ia merasakan sensasi yang aneh mulai merambat dirinya. Ia tak tau apa sensasi ini dinamakan. Adelaide baru pertama kali merasakan hal segila ini, dimana rasa panas tiba – tiba menyeruak di antara kedua pahanya.

Brak!

Suara pintu yang didorong dengan kasar sontak saja membuat Adelaide berjengit kaget. Dengan terburu - buru, wanita itu menyelipkan buku vulgar pemberian Maida itu ke balik bantal bulu angsanya yang empuk itu.

Adelaide berjaga – jaga, ia mulai menebak – nebak, siapa gerangan yang memasuki kamar tidur pasangan Raja dan Ratu kerajaan ini tanpa rasa sopan sedikit pun.

Adelaide tau, itu tidak mungkin Raja Alexander. Alexander adalah pria bangsawan yang sudah dilatih untuk menjadi raja yang ideal sejak ia masih muda, Alexander tak akan pernah mendobrak pintu dengan kasar, sekalipun pintu itu adalah pintu kamarnya sendiri.

"Prince William?!"

Adelaide tersentak kaget ketika ia melihat Pangeran William, adik Alexander, tengah berjalan ke arahnya dengan ekspresi kesal yang luar biasa

"Disini kau rupanya, aku sudah mencarimu kemana – mana!" sentak William dengan wajahnya yang bisa dibilang tak bersahabat

Adelaide memaklumi pria itu berbicara informal kepadanya, karena sebenarnya, William dan Adelaide sudah saling mengenal sejak lama. Bahkan jauh sebelum Adelaide dijodohkan dengan Alexander.

William dan Adelaide saling mengenal saat di pesta debutante mereka. Usia mereka yang sama serta ketertarikan mereka yang sama membuat dua anak manusia itu cepat dekat dan menjalin hubungan persahabatan.

"Untuk apa kau mencariku, Prince William?" tanya Adelaide seraya menegakkan punggungnya khas wanita bangsawan pada umumnya.

Bugh!

William tanpa ada sedikitpun rasa sopan langsung menjatuhkan punggungnya ke atas tempat tidur yang sedang diisi oleh Adelaide itu. Sontak saja hal itu membuat Adelaide terkejut. Meskipun semua orang sudah tau mengenai persahabatan mereka, namun tetap saja, Adelaide merasa takut jika ada orang lain yang masuk dan menciptakan gossip buruk tentang mereka.

"Prince William, apa yang kau lakukan?!" ucap Adelaide seraya menarik selimut yang ada di dekatnya tinggi – tinggi untuk menutupi tubuhnya.

Entah apa alasan Adelaide melakukan itu, wanita itu sendiri pun tak tau. Wanita itu bergerak secara spontanitas.

William memiringkan tubuhnya dan menumpu kepalanya menggunakan tangannya sendiri. William menatap Adelaide dari ujung rambut wanita itu hingga ujung kaki wanita itu dengan tatapan jenaka

"Bukankah aku yang seharusnya bertanya seperti itu, Your majesty? Apa yang kau lakukan, eumh?" tanya William sembari menahan dirinya untuk tidak meledakkan tawa kerasnya

AdelaideWhere stories live. Discover now