35. Our Relationship

22.8K 2.6K 457
                                    

Adelaide menutup buku ke 15 yang hari ini sudah dibacanya. Sejak Adelaide mengirimkan surat permintaan maafnya pada William, dari saat sang surya masih bersinar dengan begitu terangnya di atas langit sampai bulan yang menemani redupnya malam, William tak kunjung membalas suratnya itu.

Kini, Adelaide tak bisa tidur dengan tenang. Otaknya bergerak dengan sendirinya, mengarang skenario – skenario gila yang mungkin menyebabkan William tak membalas suratnya dan yang paling membuat hati Adelaide resah adalah skenario tentang William yang mungkin sudah terlanjur kecewa serta hilang kepercayaan pada Adelaide hingga pria itu memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka

Sebenarnya, Adelaide tak terlalu sedih jika William mengakhiri hubungan mereka, karena memang, Adelaide belum memiliki rasa cinta yang begitu dalam untuk William, hanya ada rasa kasih sayang saja. Namun entah kenapa, memikirkan Adelaide yang akan putus dari William disaat hubungan mereka bahkan belum menginjak waktu satu bulan membuat Adelaide sedih

Adelaide sempat mengira, jika hubungannya dan William akan berjalan dalam rentang waktu yang tak singkat sehingga William bisa mengajak Adelaide untuk melakukan hal – hal yang biasa dilakukan oleh sepasang kekasih, seperti saling bertukar pikiran, bertukar hadiah, berjalan – jalan bersama.

Namun, jika memang Tuhan sudah mentakdirkan hubungan mereka harus berakhir, Adelaide bisa apa?

Hah.

Adelaide menghela nafasnya dengan kasar sebelum tangan wanita itu bergerak untuk menyingkirkan buku yang saat ini berada di pangkuannya menuju ke sisi tempat tidurnya yang terlihat sudah diisi dengan beberapa buku.

Dengan gerakan pelan, Adelaide merebahkan punggungnya yang terasa sangat kaku itu di atas tempat tidurnya yang lembut, baru saja Adelaide hendak meraih selimut untuk menutupi tubuhnya namun suara berisik dari jendela kamarnya membuat Adelaide tersentak. Adelaide menajamkan pendengarannya untuk memastikan jika suara itu bukanlah suara berisik yang ditimbulkan oleh hewan – hewan kecil

Rasa siap siaga Adelaide meningkat dengan tajam. Tangan wanita itu bergerak untuk meraih sebuah belati yang memang selalu disimpannya di balik bantal kapasnya sebagai bentuk pertahanan diri. Wanita itu sudah bersiap untuk menancapkan belati itu secara acak ketika ia mendengar suara langkah kaki mendekati dirinya, jika saja, sebuah suara familiar tak memenuhi indra pendengarannya

"Adelaide... kau sudah tidur?"

Pertanyaan yang dilontarkan dengan hati – hati itu berhasil membuat Adelaide dengan cepat mengembalikan belati tajamnya ke balik bantalnya. Wanita itu memutar sedikit tubuhnya dan ia bisa menemukan William tengah berdiri di dekatnya

"Apa yang kau lakukan disini?!" tanya Adelaide setengah terpekik sembari mengubah posisinya yang semula tidur dengan posisi miring menjadi duduk

"Tentu saja untuk menemui kekasihku" ucap William sembari terkekeh geli dan dengan sesuka hatinya ikut mendudukan dirinya di atas tempat tidur Adelaide

Adelaide mendengus kasar ketika ia mendengar ucapan William itu

"Kenapa harus seperti pencuri seperti itu? Dan... kenapa kau harus masuk dari jendela di tengah malam seperti ini?" tanya Adelaide sembari menatap William yang kini sibuk menata beberapa makanan yang tadi dibawa oleh pria itu ke atas tempat tidur Adelaide

"Aku tidak mungkin masuk dari pintu kamarmu di siang hari dan menghabiskan banyak waktu bersamamu. Semua orang akan curiga dan aku tak ingin citramu buruk di kalangan rakyat Shinia" ucap William sembari tersenyum lembut dan menyempatkan dirinya untuk menatap sekilas Adelaide

Hati Adelaide sedikit menghangat ketika ia mendengar ucapan William. Pria itu benar – benar menepati ucapannya, memberikan hubungan kasih secara rahasia untuk Adelaide

AdelaideOnde histórias criam vida. Descubra agora