33. Loved Ones

25.2K 2.7K 271
                                    

Rasa haus yang tiba – tiba menyerang Adelaide membuat wanita itu mau tak mau harus memaksakan kedua kelopak matanya untuk terbuka. Secara perlahan namun pasti, kedua netra emerald milik Adelaide mulai terbiasa dengan sinar cahaya, saat ia sudah mendapatkan seluruh kejelasan penglihatannya, kedua netra emerald milik Adelaide menatap sepasang pasangan haram yang sedang tidur bersama di atas kursi panjang nan lembut yang biasa dijadikan Adelaide sebagai tempat bersantai

Adelaide menatap pasangan haram itu yang saling memeluk untuk menghangatkan diri mereka yang tidak dilindungi oleh sehelai selimut. Pasangan haram itu nampak sangat bahagia dan saling mencintai. Memikirkan hal itu membuat senyum kecut menghiasi bibirnya.

Suaminya saja sudah bahagia bersama dengan wanita lain, kapan Adelaide bisa merasakan hal yang sama?

Hah!

Adelaide menghela nafasnya dengan kasar. Saat ini ia tak boleh egois, tak apa jika ia tak mendapatkan cinta dari pria manapun, yang penting ia memiliki cinta dari seluruh rakyatnya dan ia yakin, cinta besar itu yang akan memudahkannya untuk mencapai tujuannya.

Secara perlahan namun pasti, Adelaide bangkit dari tidurnya. Sebelum benar – benar melangkahkan kedua kakinya untuk meninggalkan kamarnya, Adelaide menyempatkan dirinya untuk mengecek suhu tubuhnya sendiri

"Aku sakit lagi..." gumam Adelaide tak suka ketika ia merasakan tubuhnya terasa sedikit hangat. Sepertinya, Adelaide harus cepat – cepat menemui Maida agar pelayan pribadinya itu menyiapkan minuman herbal untuknya

Tanpa memikirkan pasangan haram yang nampaknya masih bergelung di dalam mimpinya itu, Adelaide kemudian melangkahkan kedua kaki jenjangnya menuju keluar dari kamarnya. Sesampainya di luar kamar, Adelaide sedikit mengernyit binggung ketika ia tak melihat keberadaan Maida di koridor kamarnya, biasanya, pagi – pagi sekali, Maida sudah berdiri disana, siap untuk diperintah oleh Adelaide

Namun pagi ini, tak ada Maida disana.

"Dimana Maida?" tanya Adelaide pada salah satu pengawal yang berada di dekatnya

"Menjawab Your majesty. Maida saat ini sedang berada di penjara, Your majesty"

"Penjara?" beo Adelaide binggung ketika ia mendengar jawaban dari pengawal itu

"Apa yang dilakukannya di penjara? Apa dia dipindahkan?" tanya Adelaide dengan sebuah kerutan yang menghiasi dahinya

"Tidak, Your majesty. Maida saat ini sedang dikurung di penjara atas perintah His majesty"

Kerutan di dahi Adelaide semakin samar, sedikit amarah dan rasa kesal mulai memenuhi Adelaide. Kenapa Alexander memenjarakan Maida tanpa memberitahukannya sedikitpun? Apa Alexander lupa jika Maida adalah pelayan pribadi Adelaide? Sebelum menjatuhi hukuman pada Maida, seharusnya pria itu meminta saran dari Adelaide

Tanpa membuang – buang banyak waktu lagi, Adelaide langsung melangkahkan kedua kaki jenjangnya menuju ke penjara Kerajaan Shinia yang terletak di bawah bangunan istana megah itu. Wajah Adelaide mengeras ketika ia memikirkan pelayan pribadinya itu saat ini tengah berada di ruang penjara yang sempit, dingin dan gelap

"Silahkan, Your majesty" ucap penjaga penjara sembari memberikan jalan pada Adelaide ketika Adelaide memasuki pintu utama penjara bawah tanah itu

"Tunjukkan tempat Maida ditahan" ucap Adelaide dingin pada penjaga penjara itu

"Baik, Your majesty" ucap penjaga penjara itu hormat sembari menarik langkah tepat di depan Adelaide.

Adelaide mengikuti langkah penjaga penjara yang memiliki tubuh sangat kekar itu, mirip seperti algojo – algojo yang bertugas untuk memenggal kepala para penghianat kerajaan. Sesekali, kedua netra emerald Adelaide menatap beberapa tahanan kerajaan yang terlihat begitu frustasi.

AdelaideWhere stories live. Discover now